Upaya Guru Redakan Kebosanan Siswa dengan Variasi Proses Belajar

Upaya guru redakan kebosanan siswa dengan variasi proses belajar – Hampir semua aktivitas bersifat rutin akan mendatangkan kebosanan. Apalagi kegiatan rutin tersebut berlangsung dalam ruang dan waktu terikat dalam skedul atau jadwal. Pembelajaran di ruang kelas merupakan contoh terdekat berkaitan dengan aktivitas rutin ini.

Ilustrasi gambar (pixabay.com)

Mengajar dan belajar diikat oleh jadwal dan alokasi waktu tertentu.

Jika rutinitas yang berlangsung bersifat monoton, kebosanan itu akan mudah menyerang, tidak hanya peserta didik, pengajar pun dapat dihinggapi rasa bosan tanpa variasi serta selingan menyenangkan.

Ruang kelas merupakan tempat dimana pandangan siswa dibatasi oleh empat sisi dinding yang kokoh.

Siswa akan dikungkung dalam ruangan berbentuk persegi panjang ini

Pandangan siswa terbatas dan diharapkan oleh guru, hanya ke depan kelas atau ke papan tulis.

Jika ada jendela kaca atau kisi-kisi jendela, itu hanyalah sarana untuk mengatur sirkulasi udara dan masuknya baur cahaya matahari sehingga ruangan menjadi terang.

Guru akan menegur siswa yang sering melihat ke luar jendela kaca atau pintu kelas ketika pembelajaran berlangsung.

Kita tidak lagi merasa heran ketika siswa lebih senang belajar di luar ruang kelas. Di luar ruangan kelas, siswa merasa lebih bebas memandang situasi lingkungan.

Apalagi pekarangan sekolah bernuansa hijau dan sejuk. Lapangan olahraga yang ditumbuhi rumput hijau dan segar bak permadani.

Mereka senang belajar olahraga, keterampilan pertanian dan mata pelajaran lain yang tidak dilaksanakan di ruang kelas. Itu sudah lumrah.

Tentu saja, bagi guru tersebut tidak selamanya mengajar di luar kelas itu menyenangkan.

Mengelola siswa di luar kelas agak lebih berat jika dibandingkan dengan ruangan kelas yang memiliki pembatas.

Meredakan, apalagi menghilangkan kebosanan seseorang atau kelompok orang bukanlah pekerjaan mudah.

Begitu pula dalam meredakan kebosanan siswa dalam belajar. Guru sebagai pengelola pembelajaran hanya berusaha untuk melakukan tindakan yang dapat meredakan kebosanan siswa dalam belajar.

Meredakan kebosanan siswa sesungguhnya akan lebih sulit dilakukan hanya  oleh guru semata tanpa dukungan siswa dalam kelas.

Artinya, siswa perlu mengupayakan dirinya untuk meredakan kebosanannya sendiri.

Guru hanya menciptakan kondisi dimana siswa dapat belajar penuh semangat.

Kegiatan rutin seperti belajar di ruang kelas perlu menerapkan pola variasi proses. Proses berlangsung secara bervariasi di bawah koordinator guru.

Dengan adanya variasi proses akan tercipta suasana baru sehingga proses berlangsung tidak monoton dan membosankan.

Apa saja yang dapat divariasikan dalam proses pembelajaran?

Struktur pembelajaran, tempat duduk siswa, metode dan stile guru mengajar, model belajar siswa, dan lain sebagainya merupakan perhatian dalam upaya redakan kebosanan belajar.

#Struktur pembelajaran

Variasi struktur pembelajaran dapat diubah-ubah setiap kali pertemuan sehingga tidak membosankan.

Semestinya pembelajaran dimulai dengan kegiatan pendahuluan berupa apersepsi dan motivasi.

Kemudian kegiatan inti dan berakhir dengan kegiatan penutup berupa kesimpulan pelajaran atau pemberian tugas.

Jika struktur demikian sudah terasa membosankan, sekali-sekali guru harus berani ‘melanggar’ skedul tersebut.

Mungkin memberikan soal-soal tugas terlebih dulu. Kemudian kegiatan inti.

#Tempat duduk

Sekali-sekali guru merubah tempat duduk siswa.

Pengaturan tempat duduk baru hanya berlaku pada jam pelajaran guru bersangkutan. Sebab, denah tempat duduk sudah diatur permanen oleh guru wali kelas.

#Model belajar

Model belajar bervariasi juga dapat meredakan kebosanan siswa belajar di ruang kelas. Sekali-sekali digunakan model belajar duduk berkelompok mengerjakan tugas.

Pada saat lain mungkin menggunakan model tutorial sebaya, dimana siswa yang sudah menguasai materi pelajaran dapat menerangkan pelajaran kepada kelompoknya.

#Stil guru mengajar

Guru memiliki ciri khas dan stil tersendiri dalam menghadapi siswa di ruang kelas. Dua hal ini dapat menciptakan situasi baru sebagai variasi stil mengajar.

Karakter otoritas divariasikan dengan demokratis namun tidak serba permisif. Ini menghindari disiplin dan keamanan dalam ruang kelas.
Karakter guru juga berbeda-beda. Karakter berbeda tersebut akan mempengaruhi stil masing-masing guru ketika mengajar.

Namun demikian, apapun karakter guru yang mengajar, perlu berorientasi pada penciptaan suasana belajar yang tidak monoton.

Konon, guru yang memiliki selera humor (sense of humour) dan santai lebih disukai oleh siswa.***