Strategi dan Penerapan Pendidikan Moral (3)

Strategi dan penerapan pendidikan moral (3)Strategi pendidikan moral adalah pendekatan atau upaya yang dilakukan untuk menumbuh-kembangkan sikap, tingkah laku dan budi pekerti anak. Indikator keberhasilan strategi ini akan terlihat dari pergaulan anak sehari-hari.

Ilustrasi gambar (pixabay.com)

Untuk mendukung upaya penerapan pendidikan moral perlu adanya program dan kebijakan. Hal Ini bertujuan untuk mewujudkan sasaran apa yang ingin dicapai.

Pemerintah dalam bidang pendidikan telah memiliki hal tersebut dan sudah diterapkan di lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat.
Baca : Sekilas Telaah Program dan Kebijakan Pendidikan Moral (1)
Dalam hal ini adalah pembinaan moral anak ke arah yang lebih baik. Ini sudah dikemukakan pada bagian pertama pembahasan ini.

Tulisan ini merupakan lanjutan dari artikel memberdayakan pendidikan moral melalui 3 jalur dan bagian terakhir dari 3 tulisan yang membahas perihal pendidikan moral anak.

Strategi ini sesungguhnya bukanlah hal baru namun tidak ada salahnya kita ungkapkan kembali pada kesempatan ini.
Baca kembali : Memberdayakan Pendidikan Moral Melalui 3 Jalur

1.Keteladanan

Memberi contoh dan teladan kepada anak dinilai sebagai strategi paling efektif dalam pembentukan moral anak. Strategi doktrin yang sering dilakukan pihak orang tua, guru dan orang dewasa lainnya.

Sering menimbulkan pembangkangan dan tudingan kepada pemberi doktrin.

Sebaliknya, mengajarkan sesuatu nilai moral dan etika disertai contoh dan bukti nyata justru lebih menunjukkan hasil yang signifikan.

Orangtua menyuruh anak shalat dan mengerjakan amal kebaikan. Orangtua memang melaksanakan shalat dan suka bersedekah, mengasihi anak yatim dan bersikap ramah terhadap tamu.

Seorang guru mengajarkan pola hidup sederhana dan dicontohkan secara nyata dengan sikap dan perbuatan kesederhanaan, rendah hati dan jujur.

Tidak sebaliknya. Siswa disuruh sederhana namun fakta yang mereka lihat pada guru malah jauh dari kesederhanaan.

Yang paling mendesak barangkali adalah memberikan contoh yang nyata bagaimana etika berbicara dengan yang lebih muda, dengan teman sebaya, dan dengan orang tua serta guru.

Begitu pula sikap dan tingkah laku bergaul di tengah masyarakat, ini perlu dicontohkan dengan nyata kepada anak oleh orang tuanya.

2. Pembiasaan Diri

Kebiasaan-kebiasaan unik dan positif dalam keluarga, lingkungan sekolah dan masyarakat, perlu dikembangkan secara berkesinambungan.

Kebiasaan-kebiasaan tersebut mengarah pada pembentukan moral anak.

Misalnya, pemberian hukuman kepada anak/siswa yang melakukan kesalahan sebagai bukti tanggung jawab terhadap tingkah laku yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.

Pemberian penghargaan verbal maupun non verbal kepada anak/siswa yang melakukan kebiasaan baik.

3.Peraturan dan tata tertib

Dalam keluarga memiliki aturan dan tata tertib tertentu yang harus ditaati sehingga anak terbiasa untuk patuh dan taat pada setiap peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

Di lembaga sekolah sudah pasti memiliki peraturan dan aturan tertentu. Penegakan peraturan dan tata tertib tersebut mesti dengan pendekatan persuasif.

Hukuman dan sanksi yang diberikan kepada siswa yang melanggar mestilah bersifat mendidik dan memberi efek kesadaran diri.

4.Aktivitas dan hobi

Anak-anak tidak hanya beraktivitas dan belajar secara rutin di sekolah maupun di rumah. Anak juga butuh bermain dengan sesama teman, menyalurkan hobi dan kegemarannya. 

Dalam hal ini, ada nilai sosial pergaulan seperti saling menghargai melalui ucapan maupun tingkah laku. Kegiatan olah raga mengandung nilai sportifitas, menerima kekalahan dan kemenangan.

Tentu saja masih masih banyak strategi lain dalam menerapkan pendidikan moral kepada anak.

Namun demikian prinsipnya adalah sekecil apapun usaha pengembangan nilai moral dan etika pada anak, sudah sangat berarti mereduksi krisis moral pada anak dan remaja.***