Membekali Pernikahan dengan Ilmu

Membekali pernikahan dengan ilmu – Pernikahan itu memang perlu dibekali dengan berbagai ilmu, ilmu bersifat umum dan terlebih lagi ilmu agama. Bagamana tidak? Sekolah pertama bagi anak-anak kita adalah rumah. Tentunya kedua orangtua menjadi guru pertama bagi anak-anak kita.

Di rumah itulah mereka akan mengenal kehidupan, mulai dari mengenal makan, minum, berbicara, membaca, mengaji dan banyak hal lainnya.

Orangtua menjadi guru dan pendidik pertama yang mengenalkan semua itu pada anak di rumah.

Mari sejenak kita perhatikan kondisi di  era globalisasi sekarang. Cukup banyak yang kita lihat para pemuda/pemudi dihadang oleh berbagai krisis.

Banyak yang mengalami krisis ekonomi, begitu pula miskin akan akhlak dan budi pekerti.

Mengapa?  Itu semua karena mereka tidak di bekali dengan ilmu yang memadai oleh orang tua mereka. Sebaliknya, orangtua mereka hanya mempercayakan pendidikan anak hanya ke lembaga sekolah semata. 

Padahal di sekolah itu sangat singkat waktu bagi guru dan siswa untuk saling berinteraksi.

Sebagai contoh dalam mata pelajaran Agama Islam, dalam satu minggu siswa itu hanya belajar agama dua jam pelajaran.  Satu jam pelajaran itu bukan satu jam yang biasa kita pakai tapi hanya 45 menit. Sangat minim bukan? 

Hanya 2 kali 45 menit dalam seminggu  anak-anak kita mengenal ilmu agama dan akhlak. Coba saja kita kalikan dalam satu bulan.  

Samudera pernikahan

Pernikahan ibarat lautan samudra. Dari jauh, samudra itu terlihat indah dan menawan.  Dihiasi kilauan  birunya air dan awan putih bersih melengkapinya. Benar-benar nampak indah dan menawan.

Didalamnya terdapat ikan-ikan dengan beraneka ragam terumbu karang. Begitu pula mutiara yang berkilau, menghiasi beningnya air laut berwarna-warni menggambarkan keindahan laut. 

Mutiara yang teramat mahal ada didasar lautan, karang-karang yang bervariasi menjadi daya tarik yang sudah pasti. Itulah secuil tamsilan pernikahan.

Namun mampukah kita menyelami lautan tanpa perbekalan yang lengkap karena pernikahan itu bukan main-main. 

Pernikahan tanpa persiapan dan ilmu yang begitu cukup mewadahi, ibarat terbang tanpa mempunyai sepasang sayap. Karena pernikahan itu adalah awal kehidupan yang baru dalam suasana yang berbeda.

Dari pernikahan itu, kita akan mendapatkan keturunan yang akan melanjutkan dan akan bertanggung jawab terhadap perjuangan generasi sesudah kita.

Saudaraku, banyak keindahan dan kemanisan yang dilimpahkan ketika belum menikah. Ketika kita hanya melihat dari jauh dan ketika kita hanya memikirkan dan melihat betapa indah langit itu.

Padahal dengan kekuatan apapun kita tidak akan pernah mampu menggapai langit itu, dan tidak akan mampu menggenggam sedikitpun awan tersebut. Begitupun dengan kebahagiaan semu dalam pernikahan.

Istri dan suami sebelum nikah tampak paling wah, apalagi saat menjalani masa-masa pacaran.. ‘hidup bagaikan milik berdua saja’  namun waktu akan meniup keindahan itu seperti meniupkan angin terhadap awan, akhirnya terbang melayang dan hilang.  

Ke-wah-an pun berubah jadi 'iiiii jyyyyy’.  Suami/istri lama-lama biasa menjadi sosok yang menyeramkan. Hijau dan asrinya alam melambangkan kesejukan ibarat janji-janji yang menawarkan lautan madu, padahal didalam alam itu banyak sekali binatang-binatang buas dibawahnya. 

Kita tidak tahu apakah alam itu ramah apa tidak. Begitupun kita, tidak akan mengetahui bahaya apa saja yang ada dalam pernikahan dan penderitaan semacam apa yang akan kita dapatkan.

Ikan-ikan yang beraneka ragam ibarat manusia yang berbeda sifat dan keinginan. Setiap langkah kita dalam mempersiapkan bahtera pernikahan, sekecil apapun itu, maka itulah langkah penentu masa depan kita.

Tak mungkin langkah yang sudah jauh kita tempuh harus mundur dan kembali hanya karena melihat betapa banyak liku-liku dan jurang-jurang yang akan dilewati. Itu bukan sifat dan karakter kita!

Selamat untuk merencanakan hidup yang lebih baik, dengan merancang sebuah kehidupan rumah tangga yang ‘sakinah mawwadah wa rahmah’ dengan senantiasa meraih keridhaan Allah SWT. (*Penulis: Hadi Rahim)