Melestarikan Kesenian Tradisinal Minangkabau

Melestarikan budaya tradisional minangkabau – Kembali penulis blog matra pendidikan menyajikan artikel informasi berkaitan dengan peringatan tahun baru Hijriyah, 1 Muharram 1438 H di Nagari Taluk, Kecamatan Lintau Buo, Kabupaten Tanah Datar. 


Peringatan 1 Muharram, selain mengadakan pawai obor yang berlangsung dari Tigo Tumpuk dan berakhir di Kantor Wali Nagari Taluk, juga diselingi dengan kesenian tradisional Minangkabau.

Ini lebih meriah jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Kesenian tradisional yang ditampilkan adalah randai dan silek (silat). Pertunjukkan randai ditampilkan oleh grup “Anggun Nan Tongga” yang berasal dari Nagari Taluk sendiri.

Pertunjukan randai di daerah Minangkabau dilakukan pada dua tempat, terbuka dan tertutup.

Tempat terbuka disebut ‘medan bapaneh’, sedangkan untuk tempat tertutup masyarakat minang menyebutnya dengan ‘medan bapalindung’.

Tempat pertunjukan terbuka diberi pagar lingkar, biasanya menggunakan daun kelapa yang di rajut/jalin.

Pagar tersebut sebagai batas gelanggang pertunjukan, yang melingkari penonton dan pemain di dalamnya. Sedangkan antara penonton dan pemain tidak ada batas atau jarak.

Tempat pertunjukan tertutup atau ‘medan bapalindung’, ditambah dengan atap dan sifatnya permanen.

Selain randai, grup “Anggun Nan Tongga” juga mempertunjukkan seni bela diri silek (silat).

Dengan demikian, kurikulum muatan lokal (Mulok) di lembaga pendidikan sekolah sudah sejalan dengan tradisi dan budaya lokal atau masyarakat disekitarnya. Jangan lupa kunjungi : Prospek Muatan Lokal Keterampilan Pertanian  (*Penulis : Hadi Rahim)