Kadang-kadang Berat Menerima Pemberian Orang Lain

Kadang-kadang berat menerima pemberian orang lain – Kadang-kadang, memang sulit menerima suatu pemberian dari orang lain. Sulit dalam pengertian, berat hati atau kurang sreg untuk menerimanya, walaupun orang tersebut tulus dan ikhlas untuk memberi. Mengapa sulit?

Jawaban pertanyaan tersebut tersurat dan tersirat dalam Cerita Pendek (Cerpen) yang dimuat dalam blog matra pendidikan beberapa waktu lalu.

Jika belum membacanya, silahkan klik link judul berikut ini, Ku Tak sanggup Menerimanya.

Cerpen berlatar belakang waktu tahun 1984 tersebut memiliki alur cerita lurus, polos dan sangat sederhana. Ceritanya berlangsung di ruang kelas dan dalam rentang waktu cukup pendek.

Andri  merasa sedih karena tidak dapat ikut nonton bareng film dokumenter sejarah bangsa Indonesia di bioskop. Ia tidak mempunyai uang untuk membeli karcis. Jangankan beli karcis, uang untuk jajan di sekolah saja tidak diberi emaknya hari itu.

Ketika jam istirahat pertama, Andri bahkan tidak keluar dari ruang kelas. Ia duduk termenung menyimpan kesedihannya. Pada saat itu, Supardi teman satu meja di kelas, sekaligus tetangganya, datang menghampiri.

Supardi hendak memberikan uang seribu rupiah titipan dari emak Andri. Andri seakan tidak percaya namun ia menerima uang itu agak ragu. Kenapa ia ragu?

Andri belum yakin kalau uang itu benar-benar dari emaknya. Tadi pagi sebelum berangkat sekolah, emaknya punya uang hanya sekadar untuk ongkos pergi dan pulang sekolah. Tidak ada uang jajan.

Ternyata uang seribu rupiah itu bukan dari emaknya, melainkan dari Aida, teman sekelas, teman dekatnya sendiri yang kebetulan duduknya persis di belakang Andri.

Aida sudah tahu kalau Andri tidak ikut nonton bareng ke bioskop. Aida ingin memberikan uang seribu rupiah dengan ikhlas agar Andri bisa ikut nonton bareng ke bioskop.

Khawatir Andri tersinggung kalau diberikan secara langsung, Aida terpaksa bersandiwara dengan Supardi. Namun sandiwara itu tidak berhasil. Aida menerima kembali uang pemberiannya karena Andri merasa tidak sangup menerima pemberian uang sebanyak itu.

Seperti apa hubungan Andri dan Aida? Ini dapat kita ketahui melalui secarik kertas yang ditulis oleh Andri menyertai uang yang dikembalikannya pada Aida.***