Kalung Ini Akan Membuatku Selalu Ingat Padamu

Kalung ini akan membuatku selalu ingat padamu -  Ralin dan Rhenata, dua gadis cilik yang begitu akrab. Mereka bagaikan lebah dan madu selalu bersama. Namun mereka terlahir dari status keluarga yang berbeda. Ralin dari keluarga menengah keatas, serba berkecukupan. Apapun yang ia mau pasti ia dapatkan tanpa kesulitan dari orangtuanya..

Berbeda dengan Rhenata, hidup serba kekurangan secara materi. Akan tetapi ia selalu mendapatkan kasih sayang dari kedua orangtuanya. Apapun yang di inginkan Rhenata, ia harus menunggu dan berusaha untuk mendapatkannya.  Bagi Rhenata, hidup tak cukup hanya dengan modal doa dan takdir.

Waktu terus berjalan begitu cepat. Kini mereka sama-sama menginjak usia remaja 17 tahun. Sweet Seventeen. Lebih kurang enam bulan lagi, mereka akan menghadapi ujian nasional.

Walaupun hidup serba berkecukupan, Ralin selalu merasa kekurangan, apalagi kekurangan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Mereka terlalu sibuk, kekurangan waktu dan kesempatan untuk memperhatikan anak semata wayang mereka.

Hingga pada akhirnya, barang ‘haram’ itu mulai merasuki jiwa remaja 17 tahun itu. Berawal dari sekedar coba-coba, untuk melampiaskan semua kekesalan hatinya. Mendapatkan perhatian kedua orangtuanya, akhirnya Ralin menjadi seorang pecandu barang terlarang.

Pada awalnya, persahabatan mereka tetaplah sama, tak ada yang berbeda. Ttetap ada disaat yang dibutuhkan. Namun belakangan ini, Ralin lebih cepat emosian, lebih mudah untuk mengingkari janji dan tidak tepat waktu.

Dulu, sebuah rencana untuk masa depan telah mereka rencanakan untuk masuk ke falkutas negeri yang sama. Oleh sebab itu mereka berjanji untuk belajar dan menggapai semua mimpi mereka bersama.

Semakin lama semuanya semakin menjanggal. Hal ini membuat Rhenata curiga, sekaligus penasaran dengan apa yang terjadi pada sahabatnya itu. Hingga pada suatu saat, ketika satu minggu lagi akan dilaksanakan UN untuk seluruh SMA di Indonesia.

"Ralin....." Rhenata menyapa pelan sahabatnya itu sambil duduk di sebelahnya.

"Ya, kenapa Rhen?" tanya Ralin sambil tersenyum tipis

"Kamu ada masalah apa, akhir-akhir ini kamu lebih sering murung, kalau kamu punya masalah, kamu bisa cerita sama aku, insya Allah pasti aku bantu" Rhenata berusaha menata kata-katanya agar tidak menyinggung perasaan sahabatnya itu.

“Tak ada masalah, koq…” kata Ralin seraya tersenyum. Kemudian Ralin mengeluarkan kotak kecil dari dalam tasnya. Sebuah kalung, kalung yang sama bentuknya dengan kalung yang dikenakannya.

"Aku sengaja beliin kamu kalung yang sama dengan yang aku punya, biar kamu selalu ingat sama aku, kamu janji jangan pernah lupain aku".  ujar Ralin sendu.

"Ya, aku janji" ucap Rhenata seraya mengenakan kalung itu. Benar- benar kalung yang mirip meskipun dibeli dalam waktu yang berbeda.

Hari ini UN untuk SMA se-Indonesia dilaksanakan. Mereka ujian di ruangan berbeda. Selesai UN hari pertama, Rhenata menunggu Ralin di gerbang sekolah untuk pulang bareng.

Hampir satu jam lebih Rhenata menunggi tapi Ralin tak kunjung datang, kini sekolah benar-benar sudah sepi dan akhirnya Rhenata memilih untuk pulang.  Satu hari ini Rhenata tak pernah bertemu dengan Ralin.

Rhenata sudah mencoba untuk menelpon Ralin tapi tak ada jawaban hanya ada nada tunggu yang sangat menyebalkan bagi Rhenata. Biasanya sesibuk apapun Ralin pasti menyediakan   sedikit waktu untuk Rhenata.

Satu hari tak bertemu membuat merasa sangat kesepian. Sore harinya Rhenata mengunjungi rumah Ralin. Rumah yang begitu besar. Rhenata hanya bertemu dengan pembantu sekaligus pengasuh Ralin, memberi tahu kalau Ralin masuk rumah sakit dari tadi pagi. Sorenya hanya sekedar pusing tapi tadi pagi mulai kejang-kejang.

Akhirnya Rhenata tau penyebab Ralin masuk Rumah Sakit  karena barang berbahaya. Tak pernah terbayang selama ini bahwa Ralin seorang pecandu lebih kurang satu tahun belakangan ini. Ralin telah mengkonsumsi barang haram itu. Akhir dari kisah seorang pecandu barang berbahaya adalah" Tanah". Barang haram itu telah menuntun Ralin ke alam dari kehidupan ini.

"Dulu semuanya terasa indah, persahabatan kita begitu menyenangkan, kita selalu ada untuk bersama, semuanya hancur ketika kamu bertemu DIA, DIA telah menuntunmu ke tempat peristirahatan terakhirmu, selamat jalan sahabat.”

Aku akan selalu mengingatmu menjadikan kalung ini sebagai penanda bahwa aku tidak akan pernah menyentuh barang haram itu." Rhenata membatin saat mengunjungi makam sahabatnya. Rhenata meneteskan air mata di atas peristirahatan terakhir Ralin.

Setelah satu minggu minggu peninggalan Ralin, kejadian ini membuat Rhenata berjanji tidak akan pernah menyentuh barang berbahaya itu agar nasibya tidak berakhir sama dengan kisah sahabatnya.

Orangtua Ralin merasa gagal dalam mendidik anak semata wayang. Mereka terlalu sibuk dalam urusan pekerjaan sehingga melupakan tanggung jawab terhadap anaknya. Tapi semuanya sudah berlalu, tiada gunanya penyesalan.
Penyeselan tidak akan mengubah semua yang telah terjadi. Namun penyesalan dapat merubah masa depan ke arah yang lebih baik, jika masa lalu itu dijadikan pembelajaran. (*Kiriman: Sara Ayusti)

*)Sarah Ayusti : Siswi SMPN 2 Lintau Buo, Kab. Tanah Datar, Sumbar