Optimasi Program Literasi di Sekolah

Optimasi program literasi di sekolah – Gerakan gemar membaca sebenarnya sudah diluncurkan sejak beberapa tahun silam. Tidak hanya untuk kalangan terbatas seperti siswa/mahasiswa namun sudah merambah ke masyarakat luas.

Di lingkungan sekolah, gerakan gemar membaca di kalangan siswa sudah ditindaklanjuti dengan pembenahan sarana maupun prasaran membaca.  

Melengkapi bahan dan sumber bacaan. Setiap sekolahpun sudah memiliki unit gedung perpustakaan, minimal ruang baca yang disesuaikan dengan kebutuhan sekolah.

Namun sejak beberapa tahun terakhir juga, gerakan gemar membaca seakan mulai pudar. Minat baca masyarakat, termasuk siswa/mahasiswa disinyalir banyak orang mulai menurun. 

Kegemaran para siswa seakan berubah pada aktivitas browsing melalui gadget dan fasilitas internet lainnya.

Tahun 2015 lalu dicanangkan gerakan literasi penumbuhan budi pekerti siswa. Pengembangan program literasi didasarkan pada Permendikbud RI Nomor 21 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.

Program literasi di sekolah pada hakikatnya upaya menyemarakkan gerakan gemar membaca di kalangan siswa. Agar program literasi di sekolah berjalan efektif maka diperlukan upaya optimasi dari manajemen sekolah.

Potensi budi pekerti siswa

Pihak sekolah menyadari bahwa setiap siswa memiliki potensi tertentu untuk tumbuh dan berkembang. Potensi itu meliputi intelektual budi pekerti dan keterampilan. 

Potensi siswa memiliki budi pekerti sudah terbentuk sejak dini di lingkungan keluarga. Anak sudah dibekali dengan nilai-nilai karakter dan budi pekerti yang luhur.

Di lingkungan sekolah, potensi budi pekerti siswa perlu lebih ditumbuhkembangkan dengan berbagai proses dan cara yang berlangsung di sekolah.

Oleh sebab itu, program literasi akan berjalan efektif apabila tercipta suasana dan iklim pembelajaran yang mendukung.

Iklim pendorong gerakan literasi

Iklim pembelajaran yang berlangsung di sekolah seyogyanya mendorong para siswa untuk membaca dan menulis. 

Optimasi program literasi terutama sekali bertumpu pada bagaimana setiap guru berusaha memodifikasi iklim belajar.

Salah satu upaya modifikasi itu adalah memberi waktu sebanyak mungkin untuk siswa dapat membaca kemudian menulis apa yang sudah mereka baca. 

Paling tidak siswa mampu mengkomunikasikan hasil bacaanya sehingga berpengaruh pada kepribadian sang siswa.

Pendukung gerakan literasi

Selain penciptaan iklim belajar, optimasi program literasi juga tergantung pada faktor pendukung berupa sarana dan  prasarana baca dan tulis. 

Faktor dimaksud antara lain; perpustakaan sekolah dan pustaka kelas yang memadai, kontribusi orangtua siswa, dan faktor lainnya.

Dapat disimpulkan, program literasi di sekolah diwujudkan dalam bentuk kegiatan membaca dan menulis yang mendorong tumbuhnya budi pekerti siswa. 

Kegiatan membaca buku literatur bernilai budi pekerti, memahami isi bacaan, menulis  dan merangkum atau menceritakan kembali kesimpulan hasil bacaan siswa. Kegiatan ini diharapkan akan dapat menggugah sikap dan kepribadian siswa.***