Jauh di Mata Dekat di Handphone

Baginda memperlebar tampilan foto profil akun perempuan paruh baya itu. Kedua jari kanan, ibu jari dan jari telunjuk, mengusapkan layar androidnya. Kini ukuran tampilan foto profil teman di akun tiktok itu semakin full dan jelas.

Ilustrasi gambar (pixabay.com)

Jakun Baginda terlihat bergerak turun naik mengamati foto perempuan cantik dengan nama akun Sri Novita itu.

Baginda mengklik ikon ikuti balik atau follow back permintaan teman barunya.

Baginda segera membuka ikon pesan di bawah foto profil kemudian mengetik sesuatu dan mengirimnya. Pria itu menutup aplikasi media sosial populer itu.

Baginda nyaris tertidur pulas. Namun bunyi notifikasi handphonenya membangunkannya.

Ia meraih ponsel yang tergeletak di samping pembaringannya. Sontak Baginda bangkit dan duduk. Sri Novita sudah membalas pesan tiktok nya.

"Sama-sama, bang. Saya juga mengucapkan terima kasih sudah follow back saya...." Begitu balasan pesan Sri Novita.

Sri Novita tak keberatan disapa dengan Sri karena memang itu nama panggilan sehari-hari
nya.

Chat via pesan tiktok yang begitu panjang itu diketahui Sri Novita seorang single mom berasal dari Padang dan kini tinggal di Jakarta.

Saat ini perempuan beranak dua yang masih dibangku sekolah itu membuka usaha konveksi tas di ibu kota.

Sebaliknya Baginda mengaku seorang pegawai negeri guru di salah satu es-em-pe di Sumbar. Punya anak 4 dan sudah besar semuanya.

"Bang, boleh aku bertanya?"

"Tentu saja boleh, dek...." balas Baginda.

"Apa istrinya tidak marah nanti kalau chat terus dengan saya?"

Baginda terhenti sejenak. Mau dijawab jujur atau harus berbohong?

"Hmmm, tidak ada yang bakal marah kok dek..." balas Bagindas berdiplomasi. 

Justru jawaban itu malah menimbulkan pertanyaan baru. "Lho? Istrinya kemana, bang?"

Baginda tersudut. Satu sisi ia tak ingin rahasia pribadinya terkuak oleh Sri Novita. Namun disisi lain ia merasa bersalah karena perempuan itu sudah menuliskan kejujuran tentang pribadinya.

"Kok diam, bang...?" Oh, maaf kalau saya lancang. Saya tak bisa chat panjang-panjang dengan suami orang...." tulis Sri Novita berikutnya.

"Maaf ya Sri... Status Abag lagi tidak jelas saat ini...."

"Maksud Abang bagaimana?"

"Istri abang sudah pergi meninggalkan Abang. Tapi sampai saat ini kami belum bercerai..."

"Kenapa begitu, bang?"

"Ia akan menggugat cerai abang di pengadilan tetapi sampai sekarang belum juga dilakukannya," balas Baginda.

"Mudah-mudahan istri abang berubah pikiran dan rujuk kembali..." tulis Sri Novita.

"Rasanya sudah capek abang menunggu, Sri..." balas Baginda.

"Lantas kenapa abang tidak mencoba menceraikannya?" sambung Sri Novita melanjutkan.

"Banyak pertimbangan abang untuk melakukannya Sri. Anak-anak kami sudah dewasa. Abang tak ingin melakukannya. Tapi kalau istri abang yang menghendakinya, ya silahkan...." balas Baginda.

"Oh, kasihan dengan abang. Sudah lama istri abang pergi?"

"Sudah, Sri. Lebih 7 tahun..."

"Mudah-mudahan abang sabar ya.. "

"Terima kasih, Sri..."

Mau tidak mau ternyata Baginda telah melibatkan Sri Novita dalam urusan keluarganya. 

Hari ke hari mereka semakin akrab. Komunikasi tidak lagi sebatas tiktok. Kontak telepon WhatsApp pun sering mereka lakukan. 

Sri Novita sering menanyakan keadaan Baginda. Sudah shalat atau belum. Sudah makan atau belum. Lagi di rumah atau masih bertugas.

Akan tetapi Baginda tak pernah bosan melayani kontak Sri Novita. Sampai suatu ketika, dua hari jelang Hari Raya Idul Fitri 1445 H.

"Bang, aku kangen dan ingin bertemu denganmu...."

"Sama Sri, abang juga kangen padamu..." balas Sri Novita.

"Lebaran di Jakarta saja bang. Mau...?"

Darah Baginda berdesir. Bagaimana mungkin ia bisa ke Jakarta pada waktu lebaran? Ongkos pesawat terbang atau bus pasti mahal. Belum lagi biaya lainnya selama di Jakarta?

"Bagaimana bang, bisa?"

"Sepertinya tidak bisa, Sri...."

"Masalahnya apa?"

"Abang tidak punya uang cukup untuk ke Jakarta, Sri..." balas Baginda jujur.

"Baik, kalau begitu saya transfer uang tambahan untuk abang. Jangan khawatir...." balas Sri Novita nekad.

"Kenapa diam? Atau, saya yang pulang kampung ke Padang dan kita bertemu di rumah Abang?"

"Jangan Sri!!!"

"Berarti abang yang ke Jakarta?" desak Sri Novita sehingga membuat Baginda semakin terpojok.

"Oke, Sri. Abang akan datang ke Jakarta. Tapi bukan saat lebaran karena terlalu terburu-buru..."

"Ya, terserah abang. Saya tunggu abang di Jakarta sampai abang punya waktu untuk datang..." 

Baginda merasa sedikit lega. Dalam hati ia juga kangen dan ingin berjumpa dengan kekasih onlinenya. Meski jauh di mata namun dekat di handphone.***