Shalat Sebagai Landasan Pendidikan Karakter di Lingkungan Keluarga

Shalat sebagai landasan pendidikan karakter di lingkungan keluarga – Shalat adalah tiang agama dan barangsiapa yang mendirikan shalat berarti telah menegakkan agama dalam hidup dan kehidupan sehari-hari. Shalat juga sebagai upaya untuk mencegah perbuatan yang tidak terpuji dan menjadi motivasi bagi anak untuk berbuat baik guna mencapai masa depan yang lebih baik.

Hal tersebut disampaikan oleh Arnis SPd, pemerhati dan praktisi pendidikan di lembaga madrasah di Kecamatan Lintau Buo.

“Jika orangtua merasa kewalahan dan kesulitan dalam membina karakter anak di rumah tangga maka yang perlu dievaluasi sebagai orangtua adalah masalah shalat si anak.

Shalat menjadi landasan paling ideal dalam pembinaan karakter pada anak,” ungkap ibu dari 5 orang anak ini kepada admin matrapendidikan.com beberapa waktu lalu.

Lebih jauh sarjana Pendidikan Fisika jebolan UNP ini mengkritisi bahwa evaluasi terhadap shalat anak hanya berjalan efektif bila kedua orangtua juga mendirikan shalat.

“Bagaimana mungkin orangtua yang tidak shalat bakal bisa menanyakan anaknya sudah shalat apa belum?”

Ibu dari 5 anak masing-masing Restu Abdul Hafizh (Mahasiswa Teknik Perminyakan, UIR), Nadya Mayestika (Mahasiswi Fisika, Unand ), Amri Mahmud Rizaldi (Mahasiswa Teknik Elektro, Unand), Widya Iswara Putri (Siswi SMAN 3 Batusangkar) dan Muhammad Fadhlan Hakim (siswa SDN 12 Lintau Buo) ini tidak menafikan bahwa semua orangtua islam pasti telah memahami dan mendidik anaknya shalat sejak dini.

“Yang membedakan antara orangtua yang satu dengan yang lainnya adalah pola dan cara mendidik anak di lingkungan keluarga.

Pendidikan karakter di rumah tangga tidak bisa diterapkan dengan doktrin dan nasehat belaka.

Pendidikan karakter ditanamkan dengan contoh dan keteladanan kedua orangtua dan orang dewasa lainnya di rumah tangga itu,” kata salah seorang pendidik di salah satu madrasah ini mengakhiri pembicaraan dengan admin blog matra pendidikan.***