Kelangsungan Pendidikan Anak

Kelangsungan pendidikan anak – Apa yang menarik dan patut dicermati dengan kondisi kekinian perekonomian bangsa Indonesia? 

Salah satunya adalah naiknya harga barang, jasa  dan tarif yang ada. Artikel ini tidak untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh kenaikan tersebut. Namun hanyalah sekadar  untuk mengingatkan keterkaitan antara ekonomi keluarga dan pendidikan anak.

Orangtua yang mengutamakan pendidikan keluarga akan membuat pos anggaran biaya pendidikan anak. Kebutuhan dan perlengkapan sekolah anak merupakan pos yang tidak dapat dikurang-kurangi (?) Masih lumayan jika anak berada pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. 

Sebagian biaya pelaksanaan pendidikan ditanggung melalui dana bantuan operasional sekolah (BOS). Tetapi untuk pendidikan anak usia dini (PAUD) dan taman kanak-kanak serta jenjang pendidikan menengah atas masih dibebankan sebagiannya kepada orangtua. 

Biasanya yang memiliki banyak anak akan merasa sedikit kalang kabut membiayai pendidikan anak.

Ekonomi keluarga semakin terasa berat dengan adanya kenaikan harga barang, jasa dan tarif. Umpamanya, kenaikan harga bahan bakar tertentu akan membuat biaya transportasi anak ke sekolah ikut naik. 

Ini akan membuat pos anggaran biaya pendidikan anak naik pula. Belum lagi dihitung pos anggaran kebutuhan primer dan sekunder keluarga. Solusinya adalah mewujudkan paradigma pendidikan murah yang benar-benar murah (?)

Bagaimana dengan anak yang berasal dari keluarga ekonomi menengah ke bawah? Apakah kelangsungan pendidikan anak akan terancam dengan kondisi ekonomi yang tidak menguntungkan ini? Ini tidak boleh terjadi!

Masyarakat semakin menyadari betapa pentingnya pendidikan untuk masa depan dan masa depan bangsa. Wajib belajar 9 tahun yang pernah diterapkan dalam dunia pendidikan Indonesia selama ini harus menjadi perhatian bagi pemerintah. 

Slogan wajib belajar tidak hanya sekadar jargon kepentingan kelompok tertentu. Sebaliknya perlu benar-benar diterapkan dalam sistem pendidikan di negeri ini. Namun program ini harus dilanjutkan dengan program wajib belajar 12 tahun dimana anak minimal mendapat pendidikan sekolah menengah atas atau kejuruan.

Pentingnya lanjutan wajib belajar 9 tahun bukan tidak beralasan. Apa yang dapat dilakukan oleh anak yang hanya tamat sekolah dasar atau sekolah menengah pertama?  Ternyata anak yang tamat pendidikan dasar ini belum cukup mampu untuk berbuat suatu yang menolong dirinya dan keluarganya secara optimal. 

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan keterampilan dan kecakapan yang memadai.

Oleh sebab itu, demi kelangsungan pendidikan anak, orang tua perlu menerapkan  yang berprinsip; tak kayu jenjang dikeping,  asal anak-anaknya dapat melanjutkan pendidikan. Bukan mustahil untuk  mengurangi kebutuhannya sendiri demi kepentingan pendidikan anaknya. 

Jika demikian, pihak lain yang terkait dengan kebijakan pendidikan perlu mengarifinya dengan bijak!