Terjebak Harimau Siluman (Bagian Kesatu)

Terjebak harimau siluman (bagian kesatu) - Suasana malam sangat mencekam. Hening! Gelap gulita! Tak terdengar suara manusia. Begitu pula suara mesin kendaraan yang biasanya lalu lalang di jalan raya di desa Kembang Setangkai. Padahal malam belum terlalu larut.

Ilustrasi gambar (pixabay.com)

Listrik padam sejak beberapa waktu sebelumnya. Menambah pekatnya kelam di malam Minggu itu.

Tiba-tiba angin berhembus kencang, menimbulkan bunyi desau yang mengerikan. Pohon-pohon seakan tumbang ditiup angin. Krai jendela di rumah-rumah penduduk melambai-lambai, dihembus angin yang menerobos ventilasi meskipun jendela dan pintu rumah sudah ditutup.

Tak lama berselang bunyi petir menggelegar terdengar bersahutan. Sambung-menyambung seakan memekakkan dan memecahkan gendang telinga.

Sementara itu pada sebuah ruangan kantor sekolah, seorang pria merebahkan diri, meluruskan tubuh di tengah kegelapan. 

Pria guru itu bukan tidur! Hanya sekadar  merebahkan tubuh di atas sebuah matras fasilitas olahraga senam murid di sekolahnya.

Suryadi, guru Olahraga itu lebih nyaman dalam kegelapan ruangan kantor guru seluas ukuran kelas. Itu sebabnya ia tidak mau menyalakan lilin atau lampu senter dari ponsel androidnya.

Dari tadi ia mendengar dan menyimak bunyi bising di atas langit-langit ruang kantor. Sepertinya ada dua ekor hewan sedang berlari dan berkelahi. Suara meong dan dentang keras terdengar jelas meski di luar angin ribut.

"Benarkah itu, kucing yang sedang berlari-larian dan berkelahi?" Pria paruh baya itu penasaran dan bertanya dalam hati.

Sebenarnya Suryadi mulai kesal dengan bunyi bising yang bersumber dari atas langit-langit kamar itu. 

Ia mulai curiga kalau yang sedang berantam itu bukan kucing. Langit-langit ruangan kantor seakan mau terban sejak dua hewan itu mulai berkelahi.

Di luar, tiba-tiba hujan deras mengguyur bumi. Bagai air dicurahkan dari langit, bunyi hujan menerpa atap gedung kantor terdengar kuat ke dalam ruangan.

Plaaaakkk! debummm!!!!

Tiba-tiba terdengar suara sesuatu benda yang jatuh di sudut ruangan. Sepertinya suara itu bunyi tripleks langit-langit kamar yang jebol bersama sesuatu benda lain. Suryadi terkejut dan kesal. Namun ia berusaha untuk menenangkan diri.

Suryadi menjadi yakin, yang jatuh barusan memang bukan potongan triplek yang jebol serta kucing!

"Auuuummmgg...!" Tiba-tiba terdengar auman harimau. 

Suryadi dapat menangkap makna suara harimau itu. Hewan yang jatuh bersama triplek yang jebol itu sudah pasti tidak akan mengganggu apalagi menyerang dirinya. 

Firasat Suryadi mengatakan makhluk itu sedang terancam oleh lawan berkelahinya tadi.

Suryadi bangkit dan duduk. Ia ingin melihat keadaan harimau yang terjatuh barusan. Kemudian ia meraba-raba untuk meraih ponsel yang tergeletak di sampingnya. Namun ia tak hendak langsung menyalakan senternya.

"Hai, makhluk Allah, apakah kamu dalam bahaya...?" Suara pak guru itu terdengar tenang dan berat.

"Auuumnmn...!"

Suryadi akhirnya menyalakan senter di ponselnya. Ia melangkah pelan sembari menerangi ruangan dan memusatkan pada tempat jatuh hewan tadi.

Akan tetapi Suryadi tidak melihat apapun.Yang terlihat hanya potongan triplek langit-langit kamar yang jebol.  Kemudian ia mencari di seputar ruangan. Suryadi gagal menemukan sosok harimau itu.

Simak selanjutnya : Terjebak Harimau Siluman (Bagian Kedua)

"Kamu mempermainkan saya, wahai harimau...?" seru Suryadi, suaranya mulai meninggi.

Tak ada suara aum sebagai tanda sahutan.*** (Bersambung...)