Masih Ada Maaf Untukmu (Bagian Keempat)

Pengantar cerbung bagian keempat - Jika kontrol diri sudah longgar bujukan hawa nafsu akan menganga menunggu korbannya. Hal spesial karena lepasnya pengendalian diri telah terlanjur terjadi antara Andika dan Rahma.

Mereka seakan tidak memikirkan dan  membayangkan akibat dari keteledoran itu. Apalagi bagi Andika berstatus sebagai seorang guru. Begitu pula Rahma sebagai janda dan sudah memiliki putra dan putri.

Simak kembali Cerbung Bagian Ketiga Masih Ada Maaf Untukmu.
*****
"Apa? Sudah terlambat tiga bulan?" Andika berseru kaget.  Suaranya meninggi seakan tak percaya mendengar pengakuan Rahma.

Ilustrasi gambar (pixabay.com)

Tapi Andika tak ingin menjadi seorang pengecut. Mengelak karena merasa Rahma telah menjebaknya. Tidak!

Justru akan timbul masalah yang lebih besar. Pertengkaran akan terjadi dan berujung viral sehingga mendatangkan aib yang lebih besar.

"Kamu tidak serius, bukan...?"

"Aku serius, bang..." balas Rahma lembut sembari mengangguk perlahan. Kepalanya masih tertunduk.

Andika menarik nafas berat. Dadanya terasa sesak. Lalu ia  bersandar penuh ke kursi. 

Baru kali ini Andika terlihat panik luar biasa. Pengakuan Rahma barusan bagai godam besar dan terasa menghantam dadanya.

"Apa yang harus kita lakukan, Rahma?" tanya Andika pelan.

"Abang pasti sudah paham. Apalagi abang seorang guru..." jawab Rahma santai.

Andika mengangguk. Rahma pasti meminta pertanggungjawabannya! 

"Nikahi aku secepat mungkin, bang..." sambung Rahma. Suaranya sangat pelan dan nyaris tidak terdengar.

Rahma meraih tangan kiri Andika lalu menempelkan ke perutnya. Andika membiarkannya.

"Jika anak kita laki-laki, pasti pintar seperti bapaknya..." sambung Rahma bergumam.

Andika mati kutu. Tak beraksi dan diam. 

"Kenapa abang diam? Abang tidak sudi dengan kabar ini?"

"Bukan begitu tapi bagaimana dengan anak-anakmu...?" Andika berdalih.

"Mereka pasti senang kalau kita menikah karena akan mendapat bapak dan adik baru..." cetus Rahma.

Kembali Andika menarik nafas. Dirinya semakin terjepit. Sebagai seorang ASN tidak mudah mewujudkan keinginan Rahma. Pasti akan membutuhkan waktu panjang. Sejalan dengan itu perutnya akan semakin membesar.

Sebaliknya Rahma tidak pernah memikirkan kesulitan proses yang harus dijalani Andika.

"Rahma, beri abang saran bagaimana mewujudkan rencanamu itu...." Akhirnya Andika meminta jalan keluar.

"Nikah siri saja, dulu bang. Sebenarnya aku mengerti nikah resmi akan memerlukan waktu panjang dan itu tidak mungkin...."

Andika terpana.

"Kamu benar, Rahma. Aku setuju..." ujar Andika seraya menatap Rahma.

Rahma tersenyum. Senyum penuh arti bahagia karena impiannya akan terwujud untuk memiliki Andika.

"Terima kasih, abangku sayang..." gumam Rahma merebahkan kepala di bahu Andika.

Wajah Andika mulai terlihat berdarah, tidak lagi pucat seperti sebelumnya.

"Abang tidak menyesal?"

"Tidak, Rahma. Hm, kamu tidak takut akan menderita setelah menikah dengan pegawai seperti aku?"

"Aku tidak pernah akan menyesal karena aku cinta pada abang sudah lama...." balas Rahma sangat manja.***(Bersambung...)