Sahabatku Besanku Bagian Keempat

Sahabatku Besanku (Bagian Keempat) - Budi langsung merebahkan tubuh di tempat tidur. Belum sempat ia mengganti pakaian dinasnya. Ia merasa lelah luar biasa hari ini.

Ilustrasi gambar (Matrapendidikan.com)

Tidak hanya karena jam mengajar yang padat setiap hari Sabtu. Beberapa malam belakangan Budi sering tidur larut malam. Pekerjaan menyiapkan perangkat mengajar memaksanya harus mengurangi waktu untuk istirahat.

Simak juga : Sahabatku Besanku Bagian Ketiga

Sebenarnya di akhir pekan ini Budi telah berjanji pulang ke kampung bersama Halimah adiknya. Sudah dua minggu mereka tidak berjumpa dengan kedua orangtua.

Tiba-tiba guru muda itu bangkit dan meraih ponsel yang tergeletak di meja kerjanya.

"Halimah, kamu jadi pulang kampung hari ini...?"

"Jadi, bang. Abang bagaimana?" terdengar suara Halimah di seberang sana.

Budi tertegun sejenak. Agak ragu untuk membatalkan pulang kampung bersama Halimah.

"Begini Halimah. Abang lelah sekali hari ini. Kamu saja yang pulang sendiri naik bus umum...," 

"Hehe..., Abang pasti janjian malam minggu dengan kak Fina....?" Halimah tertawa kecil menggoda.

"Ya, enggaklah Limah... Tapi abang serius, capek banget hari ini...," ujar Budi berdalih.

"Oke deh kalau begitu. Tapi..., Abg mau kirim sesuatu buat ayah dan ibu di kampung?"

"Ya... Sebelum berangkat mampir dulu ke tempat kos abang, ya?" 

"Baik, bang..."

"Ya, sudah..."

Halimah adik semata wayang itu kini tumbuh menjadi gadis remaja yang sehat dan cantik. Saat ini ia sedang mengikuti perkuliahan di kota yang sama dengan Budi.

Budi punya keinginan besar agar adik semata wayangnya juga menjadi sarjana. Oleh sebab itu belum berpikir macam-macam sebelum Halimah menyelesaikan kuliahnya.

Selain itu ia pun tak ingin adiknya merasakan kehidupan pahit seperti dirinya ketika kuliah dulu.

Halimah sudah sampai di tempat kos Budi beberapa menit kemudian. 

"Limah..., Sebagian uang itu beli oleh-oleh buat ayah dan ibu. Sebagian lagi kamu berikan sama ibu ya" pesan Budi setelah menyerahkan uang kepada Halimah.

"Baik, bang....

"Ya, kamu hati-hati ya?"

"Iya, bang..." sahut Halimah sembari menyalami Budi. Kemudian gadis itu berlalu.

Sebenarnya Budi tak sampai hati melepas adiknya pulang ke kampung baik bus umum. Biasanya Budi naik motor membonceng Halimah setiap pulang kampung.

Budi kembali ke kamar. Namun ponselnya tiba-tiba berdering. 

"Ya, Fani..." sahut Budi.

"Mau nggak menemani saya nanti malam minggu?" terdengar suara di balik ponsel.

"Hm, bagaimana, ya...?"

"Kalau abang keberatan tidak apa-apa kok. Saya pergi dengan papa saja," sahut Fina menanggapi keraguan Budi.

"Emangnya kamu mau pergi kemana, Fin?"

"Sekadar cari angin setelah capek menunggui toko tiap hari..."

"Oke deh, Fin..." 

"Benar ya bang ... Ditunggu kedatangannya..."

"Siiip..."

Sebuah motor matic memasuki pekarangan rumah. Pebgendaranya mengenakan helm pengamat. Kemudian memarkir motor.

Budi, pengendara motor itu melangkah ke pintu dan memencet bel. Fina muncul di balik pintu. Kelihatannya Fina sudah siap untuk berangkat.

"Silahkan masuk, bang..." ajak Fina.

"Hai, pak guru muda, apa kabar?" sambut pak Saldi gembira didampingi istrinya, buk Rahmi.

"Kabar baik, pak..." sahut Budi menyalami pak Saldi dan Buk Rahmi.

"Hm, silahkan duduk nak Budi. Kami mau ke belang dulu,"

"Terima kasih pak..."

Fina sudah muncul kembali dan bersiap untuk bepergian.

"Naik motor apa mobil, bang Budi?"

"Naik motor saja, Fin..."

Setelah pamit sama orang tua Fani, mereka berangkat.

Suasana malam minggu cukup ramai. Cuaca pun mendukung untuk keluar rumah.***(Bersambung)