Inilah 3 Coping Mechanism Paling Gampang Buat Mahasiswa Rantau
Ini 3 Coping Mechanism paling gampang buat mahasiswa rantau! - Tahukah kamu, “Sibuk” mungkin menjadi kata yang sangat pas untuk menggambarkan keadaan mahasiswa? Menjadi mahasiswa pasti banyak menyita waktu dan juga energi.
Mulai dari jadwal kelas yang padat, tumpukan tugas yang tidak kunjung selesai, kegiatan UKM dan rapat-rapat kepanitiaan.
Tak jarang bagi mahasiswa yang aktif pada kegiatan akademik dan non akademik itu mendapatkan julukan “kura-kura” atau kuliah rapat-kuliah rapat.
Belum lagi untuk para mahasiswa rantau yang hidup jauh dari orangtua masih harus memikirkan makan sehari-hari, cucian baju, dan tanggungan lainya. Apakah kamu salah satunya?
Beberapa hal tersebut tentunya bisa menjadi pemicu stress para mahasiswa. Apalagi dengan mahasiswa dengan time management masih buruk.
Ia akan merasa sangat terbebani dan kewalahan. Keadaan seperti ini akan memicu timbulnya faktor yang sangat membahayakan keadaan fisik dan juga mental mahasiswa.
Maraknya kasus mahasiswa bunuh diri akhir-akhir ini menjadi momok bagi seluruh mahasiswa di penjuru Indonesia.
Selain dari faktor di atas, aktivitas akademik juga menjadi salah satu sumber stress mahasiswa.
Tugas tugas kuliah, target pencapaian nilai, gap metode pembelajaran yang sangat berbeda dengan saat kita SMA, belum lagi culture shock yang dirasakan sebagai mahasiswa rantau yang berasal dari daerah yang mengharuskan menuntut ilmu hingga ke perkotaan.
Tak hanya itu, harapan besar dan juga tuntutan khusus dari orangtua juga menjadi faktor stress bagi para mahasiswa.
Folkman dan Lazzarus (1984) mendefinisikan stress sebagai suatu akibat dari interaksi antara seseorang dengan lingkungannya yang dinilai membahayakan dirinya.
Selye (dalam Santrock, 2006) stress adalah kerusakan yang dialami tubuh akibat berbagai tuntutan yang dialamatkan padanya.
Gejala stres yang muncul umumnya dibagi ke dalam tiga aspek, pertama gejala fisik berupa gangguan tidur (tidak bisa tidur atau terbangun tengah malam dan tidak bisa melanjutkan tidurnya) dan berubahnya selera makan.
Gejala emosional berupa perubahan suasana hati, merasa gelisah, cemas dan tidak memiliki semangat dalam melakukan aktivitas (malas).
Gejala berupa tidak bisa fokus dalam berpikir, pikiran menjadi kacau dan berpikir negatif menjadi meningkat.
Sebagai mahasiswa rantau, tentu kamu mempunyai latar belakang yang lebih kuat. Mengelola stress dengan baik sangat diperlukan bagi mahasiswa, karena jika kita bisa menjaga kesehatan mental, kita akan menciptakan pandangan yang positif.
Baik untuk diri kita sendiri maupun orang lain. Pandangan positif orang lain inilah yang akan sangat membantu kamu mahasiswa rantau untuk terus berkembang.
Dilansir dari Wei, Russel, dan Zakalik (2005) menyatakan bahwa nyatanya, self disclosure terbukti dapat mengurangi rasa kesepian yang mengakibatkan stres dan depresi pada mahasiswa.
Self disclosure artinya mereka memiliki kemampuan untuk mengungkapkan diri, berbagi kepada orang lain mengenai masalah yang terkait dengan masalahnya kepada teman yang dianggap memahami masalahnya.
Salah satu cara untuk menjaga kesehatan mental kita adalah dengan mengatur dan mengatasi stress (coping mechanism).
Liburan menjadi solusi yang tepat untuk mengatasi stress. Kendati demikian, sebagai mahasiswa terkadang kita tidak memiliki banyak waktu. Liburan juga biasanya menghabiskan dana yang tak sedikit.
Nah! Sebelum stress ini mendominasi hidup kamu, coba 3 cara berikut untuk mengatasi stress (coping mechanism) dan mulai cintai rutinitas kamu!
Cukup dengan mencari hiburan juga bisa menjadi salah satu solusi kita untuk mengatasi stress. Sebagai mahasiswa juga aku mau share nih bagaimana sih cara aku mencari hiburan.
Pergi ke taman terdekat
Cara pertama yang bisa kamu coba yaitu pergi ke taman paling dekat denganmu.
Taman adalah salah satu tempat umum yang memiliki lingkungan yang bersih, rindang dan nyaman. Taman ditumbuhi oleh pepohonan yang rindang dan rerumputan yang hijau.
Pergilah ke Taman bermain yang dapat menjadi tempat untuk menghilangkan stress atau penat akibat rutinitas harian yang melelahkan.
Ada banyak hal yang bisa kamu lakukan di taman. Untuk masuk ke taman biasanya kita tidak ditarik biaya sehingga bisa menjadi salah satu destinasi yang tepat untuk mahasiswa mencari hiburan.
Salah satunya adalah piknik. Cukup dengan menggelar tikar dan membawa bekal serta jajanan kita sudah bisa berpiknik di taman.
Selain piknik kita juga bisa olahraga, foto foto ataupun hanya melihat pemandangan sembari menenangkan diri.
Menonton Film atau Drama Favorit
Cara lain mengatasi stress yaitu, me time dengan menonton film atau drama favorit. Terkadang menjadi mahasiswa, kita sering lupa untuk menyisihkan waktu untuk diri sendiri.
Menonton film atau drama favorit bisa jadi solusi untuk kita yang tidak dapat berpergian karena lelah dengan aktivitas perkuliahan.
Film bisa menjadi sarana relaksasi yang mampu memperbaiki suasana hati. Ini juga bisa mencegah sekaligus mengatasi stres atau depresi.
Cobalah menonton film komedi yang bisa membuat kita tertawa dan sedikit melupakan beban.
Mengunjungi museum
Selain kurangnya me time, faktor lain yang menyebabkan kamu stress yaitu “kurang piknik” manfaatkan waktu luang untuk kegiatan yang bermanfaat.
Selain harga tiket masuknya yang relatif murah, tak hanya liburan tapi kamu sekaligus bisa belajar di museum yang kamu kunjungi.
Di museum terdapat banyak informasi informasi dan koleksi yang beragam
Di Wales Utara, sebuah studi penelitian baru-baru ini melakukan penelitian yang mengungkapkan bahwa aktivitas kreatif di museum memiliki dampak menguntungkan yang signifikan pada kesejahteraan mental.
Saat mengunjungi museum kita bisa melihat lihat koleksi, mengamati koleksi yang tersedia atau hanya foto foto benda antik.
Jadi selain menghilangkan stress kita bisa mendapat banyak informasi.
Nah, itu dia cara aku mengatasi stress selama masa perkuliahan. Jangan sampai kita terlalu stres karena hal itu dapat mengganggu konsentrasi kita dan berpengaruh pada akademik kita. Jangan lupa untuk selalu menyebarkan hal positif, ya!*** (Oleh : Ummu Zaidatul Muyassarah, mahasiswa D3 Perpustakaan Universitas Sebelas Maret)