Menunggu Jalan Keluar

Menunggu jalan keluar - Maisy tertawa terpingkal-pingkal sehingga bahunya terangkat ketika mendengar pertanyaan Zaki.

“Apanya yang lucu? Aku serius, Mai...” protes Zaki bingung.

Maisy terdiam. Mungkin ia jadi takut ketika melihat wajah Zaki yang terlalu serius.

“Jangan tersinggung... Justru pertanyaan Abang tadi yang lucu...” cetus Maisy.

“Dimana lucunya?”

“Ya, Abang masih berstatus suami orang. Bisa-bisa aku dituduh yang macam-macam. Dan aku tidak mau dikatakan pelakor, perebut laki orang...” tandas Maisy.

Kini Zaki yang terdiam.

Ucapan Maisy ada benarnya. Siapapun wanita tidak akan mau dituduh pelakor. Itu mungkin sangat memalukan dan menyakitkan. Apalagi ia seorang janda.

“Maafkan aku. Kamu ada benarnya, Maisy.” Akhirnya Zaki berkata pelan.

Maisy memang sudah mendengar dan mengetahui banyak tentang cerita diri Zaki.

Justru Zaki sendiri yang bercerita banyak padanya. Maisy pun meyakini cerita Zaki, kisah yang sesungguhnya dan bukan cerita yang dibuat-buat oleh seorang laki-laki ketika ada maunya.

“Secara hukum, aku masih berstatus suami orang. Kami belum bercerai. Tapi kenyataanya aku sudah tidak dianggap, sudah tidak ada lagi hubungan apa-apa. Apalagi sampai saat ini kami pisah ranjang...”

“Makanya, Abang selesaikan dulu masalah itu baik-baik....” pintas Maisy cepat.

“Bukankah dulu abang dan kak Shanti telah memulainya dengan baik-baik?” tambah Maisy.

Kembali Zaki terdiam. Tenggorokannya  terasa kering. 

“Tapi, tidak bisakah kamu membantuku?” 

“Apa yang bisa dibantu, bang?”

Maisy menyeruput jus jeruk di atas meja. Zaki mengikutinya.

“Jawab pertanyaan-ku tadi, benarkah kamu juga suka padaku?” Zaki kembali mengulang pertanyaannya semula. 

“Apa perlu dijawab, Bang?”

 “Iya, jawabanmu akan membantuku untuk menyelesaikan dan keluar dari masalahku...”

Maisy menatap pria yang dirundung masalah keluarga itu. Kemudian ia mengangguk pelan.

“Meskipun risikonya aku tak punya apa-apa lagi?”

Maisy mengangguk.

“Bukankah Abang masih bisa berusaha lain untuk mencari uang? Aku rasa itu sudah cukup,” timpal Maisy

“Terima kasih, Maisy.”

“Aku yakin, Abang juga bisa mengatasi masalah yang mungkin akan timbul nanti,”

Zaki meraih kedua tangan Maisy seraya berkata,

“Sekali lagi terima kasih atas jawabanmu. Kamu sudah membantuku, berpikir dan bertindak untuk mencari jalan keluar dari masalah yang kuhadapi....”

“Sama-sama. Selamat berjuang menyelesaikan masalah dan... aku siap menunggu sampai Abang berhasil mendapatkan jalan keluar dari masalah Abang.”*** (Kiriman : Irma Suryani, Bogor)