Strategi dan Metode Dadakan dalam Pembelajaran

Strategi dan metode 'dadakan' dalam pembelajaran – Metode dadakan? Memang tidak ditemukan jenis metode ini dalam kamus pembelajaran. Namun suatu saat, guru perlu melakukannya. Kapan? Ketika situasi dan kondisi kelas tidak memungkinkan untuk menjalankan pembelajaran sesuai Rencana Persiapan Pembelajaran (RPP).

Ilustrasi gambar (Matrapendidikan.id)

Suatu ketika guru perlu ‘menyingkirkan’ perangkat pembelajarannya, katakanlah itu RPP.

Meskipun telah disusun dengan sangat bagus, suatu saat karena 'terpaksa' harus dicuekin ketika akan mengajar di ruang kelas. Kenapa harus?

Yang tahu persis dengan kondisi suatu kelas adalah guru yang mengajar di kelas itu. Bukan kepala sekolah ataupun pengawas pendidikan.

Dalam kondisi tertentu guru harus berani mengambil tindakan,’banting stir’, mengubah strategi dan metode mengajar, ketika situasi di ruang kelas tidak memungkinkan untuk mengajar sesuai dengan RPP. 

Kecuali kalau guru hanya memiliki target bahwa RPP harus terlaksana dan tidak peduli bagaimana pun situasi dan kondisi di ruang kelas.

Tindakan ‘banting stir’ dan menjalankan strategi dan metode dadakan dalam mengajar, juga terjadi ketika saya mengajar di kelas IX.D, pada jam pelajaran terakhir lagi. .Apa pasalnya?

Siswa yang hadir sejak awal pembelajaran di sekolah hanya 10 dari 25 siswa penghuni kelas itu. Ternyata penyebabnya adalah hujan yang turun sejak dini hari sampai jam pelajaran ke 1-2.

Saya berpikir sejenak, RPP yang sudah saya susun tidak mungkin dijalankan saat itu karena tujuan saya bukan terlaksananya RPP melainkan bagaimana proses pembelajaran tetap berlangsung menarik dan disukai siswa.

Selain itu, biasanya siswa kurang fokus karena banyak yang tidak hadir pada hari itu. Oleh sebab itu perlu mengambil sikap banting stir agar siswa tetap fokus.
Strategi dan metode dadakan yang diterapkan adalah mengulang kembali pelajaran yang telah lampau dengan metode tugas keroyokan membuat Teka-teki Silang (TTS) di papan tulis (whiteboard).

Siswa membuat  (bukan mengisi) TTS di papan tulis secara keroyokan namun tetap bergiliran ke depan kelas. Setiap siswa menulis kata beserta kotaknya. Bila sudah selesai, siswa yang telah membuat kotak dan kata TTS di papan tulis, ditugaskan membuat soalnya, baik mendatar maupun menurun.

Judul pembelajaran hari itu untuk 10 orang siswa adalah, “Mengulang Pelajaran Kemagnetan dan Pemanfaatannya Melalui Pembuatan TTS oleh Siswa.

Langkah-langkah kerja :
1.Menugaskan siswa membaca dan memahami kembali buku pegangan siswa tentang pelajaran Kemagnetan dan Pemanfaatannya.

2.Siswa bergiliran ke depan kelas untuk menulis kata beserta kotaknya di papan tulis. Misalnya, siswa pertama membuat kata K O M P A S dalam kotak mendatar. Siswa selanjutnya menyambung slah satu huruf dari kata K O M P A S, misalnya K menurun dengan kata K U T U B, begitu seterusnya secara bergiliran.

3.Setelah siswa ‘menyerah’ alias tidak bisa lagi, meneruskan untuk menyambung kotak dengan kata, maka siswa yang telah berpartisipasi tadi bertugas membuat pertanyaannya sendiri. Misalnya siswa pertama tadi  menulis kata K O M P A S, harus membuat pertanyaan sendiri.dengan pertanyaan 1 Mendatar, yaitu: ‘Penunjuk arah’.. Begitu seterusnya…

Catatan: Siswa perlu diberi bonus nilai, misalnya 0,5 untuk memotivasi siswa dalam membaca, memahami pelajaran Kemagnetan dan Pemanfaatannya serta mendorong siswa untuk berpartisipasi menulis di papan tulis untuk membuat TTS secara keroyokan..

Apa manfaatnya?
Dengan strategi dan metode dadakan ini, siswa lebih memahami pelajaran yang telah lampau. Selain itu siswa telah dilatih untuk mengasah otak melalui TTS materi pelajaran IPA.

Manfaat lain adalah siswa dapat berpikir dan fokus dengan tugas yang dihadapi sehingga tidak terasa waktu menit demi menit berlalu.
Demikianlah sekadar sharing dalam pembelajaran dalam situasi dan kondisi dimana tidak memungkinkan terlaksananya pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun semula.***