Benarkah Wibawa Guru Telah Melorot?

Benarkah wibawa guru telah melorot? – Dari hasil diskusi dengan beberapa teman guru. Disimpulkan bahwa rasa hormat siswa terhadap guru akhir-akhir ini semakin mengalami degradasi. Bukan hanya terhadap guru, terhadap orangtua mereka sendiri sering berlaku tidak hormat.

Tentu saja, kesimpulan di atas bukanlah sebuah generalisasi yang mutlak diterima kebenarannya karena tidak melalui penelitian atau survei ilmiah.

Kenyataannya, masih banyak siswa yang menaruh rasa hormat kepada guru dan orangtuanya.

Jika rasa hormat sudah berkurang apakah pertanda wibawa guru sudah melorot di mata peserta didik?

Jawaban pertanyaan ini memerlukan analisa mendalam. Tidak mungkin dijawab dengan jawaban iya atau tidak.

Guru ada karena ada siswa. Ini hukum alam yang tak mungkin dipungkiri.

Pada hakikatnya guru bukan untuk dilayani, melainkan memberi pelayanan optimal terhadap peserta didik. 

Dalam hal ini memberikan layanan dan bimbingan terhadap murid dalam aspek sikap dan tingkah laku, ilmu pengetahuan dan keterampilan dasar.

Mengapa mereka dilayani? Karena mereka membutuhkan layanan dan bimbingan! Sebagai individu mereka mempunyai potensi masing-masing.

Peranan layanan dan bimbingan adalah untuk menumbuhkembangkan potensi yang dimiliki murid menjadi lebih optimal.

Sebagai individu yang sedang berkembang, kadang-kadang mereka merasa tidak membutuhkan sesuatu yang diberikan pendidik.

Seakan-akan lebih pintar dari gurunya. Ini terlihat dari sikap dan tingkah lakunya. 

Ketika guru memberi materi pelajaran mereka sering tidak memperhatikan dengan baik.

Ada yang bolos, ngobrol dengan teman sebangku, bergurau, dan lain sebagainya.

Inilah yang dituntut dari seorang pendidik: kesabaran! Sabar namun smart dalam memberikan layanan kepada siswa.

Mencari strategi dan metode yang kira-kira jitu untuk menjinakkan sikap dan tingkah laku mereka. 

Dinamisasi sikap dan tingkah laku siswa sangat dipengaruhi oleh perkembangan lingkungannya.

Termasuk perkembangan media informasi seperti televisi dan jaringan internet. 

Kadang-kadang pengaruh lingkungan jauh lebih besar ketimbang pengaruh guru dan orang tua.

Namun demikian, wibawa guru tidak akan pernah dikalahkan oleh pengaruh lingkungan apapun.

Yang terjadi di lapangan sesungguhnya adalah proses pematangan individu. 

Jika ada yang tidak hormat terhadap guru, itupun sekadar dampak proses pematangan dan layanan guru terhadap siswa, bukan menurunnya wibawa guru.***