Sandal Jepit Melabrak Punggungnya

Jasril mengerem motor bututnya manakala sampai di mulut pekarangan sebuah masjid. Hatinya agak ragu. Di halaman masjid banyak bocah bermain. Entah bermain apa namanya.

Ilustrasi gambar (Matrapendidikan.com)

Mereka terlihat masing-masing memegang satu buah sandal jepit. Sepertinya bermain lempar sandal jepit.

Jasril mencoba pelan menyusuri pinggiran halaman masjid untuk memarkir motornya.

Plakkkk...!!!

Tiba-tiba punggung Jasril kena lempar sesuatu dari belakang. Rupanya sebuah sandal jepit telah melabrak punggungnya sebelum turun dari motor.

Ia merasakan sakit di punggungnya. Tanpa rasa marah apalagi sakit hati sebagaimana sakitnya kena lemparan bocah yang tengah bermain lempar sandal jepit.

"Maafkan saya pak..." ujar seorang bocah pria memelas. Jasril menoleh ke arah bocah di belakangnya.

"Iya, nak..." sahut Jasril sembari tersenyum ikhlas.

"Siapa namamu, nak?" tanya Jasril kemudian.

"Rafi, pak. Maafkan saya ya pak. Tadi tidak sengaja saya telah melempar sandal tapi mengena di punggung bapak," ulang Rafi tampak lega.

"Iya, telah bapak maafkan, nak..." sahut Jasril seraya mengusap bahu sang bocah sambil menuju ke pintu masjid.

Ternyata Jasril tidak berstatus masbuq dalam shalat Ashar berjamaah itu.

Sampai kembali di rumah, Jasril merenungkan kembali apa yang telah dialaminya tadi di masjid sebelum menunaikan shalat berjamaah.

"Alhamdulillah ya Allah, aku telah diberi kesabaran dan ketenangan meskipun lemparan sandal jepit tadi masih terasa sakit di punggungku," bathin Jasril bersyukur.

Jasril merasa sudah mulai tua. Berbagai masalah kehidupan yang tak henti-hentinya masih mendera hati dan pikirannya.

Justru di usia paruh baya ini ia ingin hidup sabar dan tenang. 

Ia teringat sebuah ayat Al Qur'an, "Minta pertolongan lah kamu dengan shalat dan sabar,"

Insyaallah sebanyak apapun persoalan hidup yang menimpa akan tetap membuat orang yang shalat itu tetap sabar.

Meminta maaf kadangkala sangat sulit bagi orang yang telah melakukan kesalahan. Apalagi untuk memberi maaf atas kesalahan orang lain terhadapnya 

Bocah yang telah meminta maaf dengan cepat kepadanya, membuat Jasril merasa tenang. 

"Oh, tadi saya lupa menanyakan orangtuanya," ujar Jasril dalam hati.

Siapa orangtuanya yang telah berhasil menanamkan sifat baik untuk meminta dan memberi maaf kepada orang lain?

Orangtua sang bocah pastilah orang baik. Sekolah tempat ia belajar pasti telah menerapkan pendidikan karakter. Gurunya pasti guru profesional dengan kompetensi kepribadian yang bernilai sangat baik.

Jasril tersenyum sendiri. Sandal jepit yang melabrak punggungnya telah menguji dan menambah pengalaman hidupnya menjadi orang yang sabar.***