Manajemen Pengelolaan Kelas

Manajemen pengelolaan kelas - Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar untuk pengembangan kepribadian yang berlangsung seumur hidup baik di sekolah maupun di madrasah. Pendidikan juga bermakna proses membantu individu baik jasmani maupun rohani ke arah terbentuknya pribadi manusia yang berkualitas.

Ilustrasi gambar (Matrapendidikan.id)

Kualitas manusia yang dimaksud adalah pribadi yang paripurna, selaras, dan seimbang dalam aspek-aspek spiritual, moral, sosial, dan intelektual.

Sejalan dengan konsep pendidikan yang secara teoretis memiliki orientasi yang begitu bagus, keberhasilan pendidikan juga sangat ditentukan oleh beberapa faktor Pendukung.

Salah satu faktornya adalah proses manajemen mutu pendidikan yang terarah dan terencana yang mesti diupayakan di Lembaga pendidikan.

Manajemen mutu pendidikan menekankan tentang persoalan pengelolaan pendidikan seperti; manajemen kelas dan lain Sebagainya yang dapat menunjang ketercapaian tujuan pendidikan (Jurnal Ilmiah “Kreatif” : 2020). 

Alasan penulis menulis artikel dengan judul “Manajemen Pengelolaan Kelas” adalah karena pengelolaan kelas merupakan sebuah usaha untuk mengatasi suatu masalah dengan tujuan menciptakan dan mempertahankan suasana kelas agar pembelajaran berjalan dengan efektif.

Pembelajaran yang efektif dapat dilakukan dengan menciptakan motivasi siswa untuk selalu ikut terlibat dan berperan serta dalam proses pembelajaran di kelas.

Manajemen merupakan terjemahan dari kata “pengelolaan”. Karena penambahan kata pungut ke dalam bahasa Indonesia, maka istilah Inggris tersebut kemudian di Indonesia-kan menjadi “manajemen“.

Arti dari manajemen adalah pengelolaan, penyelenggaraan, ketatalaksanaan penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai tujuan atau sasaran yang diinginkan.

Sedangkan pengertian kelas yaitu sekelompok siswa pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. 

Setelah mengetahui pengertian manajemen dan kelas di atas maka bisa kita ketahui pengertian manajemen kelas berdasarkan ahli pendidikan.

DR. Hadari Nawawi berpendapat bahwa manajemen kelas diartikan sebagai kemampuan guru atau wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah.

Drs. Syaiful Bahri Djamarah berpendapat bahwa “manajemen kelas adalah suatu upaya memberdayagunakan potensi kelas yang ada seoptimal mungkin untuk mendukung proses interaksi edukatif mencapai tujuan pembelajaran.” 

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen kelas merupakan upaya mengelola siswa di dalam kelas yang dilakukan untuk menciptakan dan mempertahankan suasana/kondisi kelas yang menunjang program pengajaran dengan jalan menciptakan dan mempertahankan motivasi siswa untuk selalu ikut terlibat dan berperan serta dalam proses pendidikan di Sekolah (Jurnal Pendidikan Islam : 2007). 

Dalam Jurnal Kelola tahun 2017 yang berjudul “Pengembangan Model Manajemen Pembelajaran Berbasis TIK di Sekolah Dasar ” penulis menuliskan, manajemen pada hakikatnya merupakan proses pemecahan masalah, sehingga langkah-langkah manajemen tidak ubahnya sebagaimana langkah-langkah pemecahan masalah, yaitu :

(1) Identifikasi masalah, (2) Diagnosis masalah, (3) Penetapan tujuan, (4) Pembuatan Keputusan, (5)Perencanaan, (6) Pengorganisasian, (7)Pengkoordinasian, (8) Pendelegasian, (9)Penginisiasian, (10) Pengkomunikasian, (11)Kerja dengan kelompok-kelompok, (12)Penilaian (Gordon, 1976).

Pengelolaan kelas dan hasil belajar merupakan dua variabel yang saling berhubungan dan tak dapat dipisahkan satu sama lainnya sebagai suatu sistem.

Hasil belajar adalah out-put dari sebuah proses, maka baik buruknya hasil belajar akan sangat ditentukan oleh kinerja proses atau transformasi yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran.

Jadi, sesungguhnya hasil belajar hanya lah sebuah akibat dari sebuah proses. Semakin baik dan efektifnya proses maka akan baik pula hasilnya.

Semakin buruk jalannya proses, maka sangat mungkin hasilnya akan buruk pula (Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran : 2018) 

Dalam Jurnal Pendidikan Islam tahun 2007 yang berjudul “Manajemen Kelas dalam Meningkatkan Efektivitas Proses Belajar Mengajar” mengatakan bahwa terdapat beberapa unsur manajemen, antara lain ; Man (manusia), Money (uang), Machine (Mesin), Methode (metode), Market (pasar), Information (Informasi).

Ketujuh unsur manajemen tersebut lebih dikenal dengan sebutan 6 M + I , yaitu man, money, material, machine, method, meroket dan information. Setiap unsur tersebut Memiliki karakteristik yang berbeda. Manajemen tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya ketujuh unsur tersebut.

Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam mengelola atau manajemen kelas, Prinsip-prinsip manajemen kelas dapat digunakan.

Menurut Martinis Yamin dan Maisa (2009: 184-186), Ada beberapa prinsip manajemen kelas tersebut, antara lain:

1) Hangat dan antusias, 2) tantangan, 3) bervariasi, 4) keluwesan, 5) Penekanan pada Hal-hal yang Positif, dan 6) penanaman disiplin Diri (Jurnal Idaroh). 

Untuk Mempertahankan kondisi yang optimal bagi terpeliharanya proses pembelajaran yang Efektif diperlukan beberapa keterampilan Oleh guru.

Menurut Djamarah & Zain 40 keterampilan dalam manajemen kelas terbagi dua.

Pertama, keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal.

Kedua, keterampilan yang berhubungan Dengan pengembangan kondisi belajar yang Optimal. (Endeng Suryana :13) 

Sedangkan Menurut Dewi Dyah W (64-64), Keterampilan mengelola kelas dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

Keterampilan yang berkaitan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal.

Keterampilan yang berkaitan dengan respons guru terhadap Gangguan (siswa) yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal. 

Sedangkan dalam Jurnal Pendidikan Islam tahun 2007 menyebutkan bahwa terdapat beberapa fungsi manajemen kelas, antara lain ; 

Memberi guru pemahaman yang lebih jelas tentang tujuan pendidikan sekolah dan hubungannya dengan pengajaran yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan itu.

Membantu guru memperjelas pemikiran tentang sumbangan pengajarannya terhadap pencapaian tujuan pendidikan.

Menambah keyakinan guru atas nilai-nilai pengajaran yang diberikan dan prosedur yang digunakan.

Membantu guru dalam rangka mengenal kebutuhan-kebutuhan murid, minat-minat murid, dan mendorong motivasi belajar.

Mengurangi kegiatan yang bersifat trial dan error dalam mengajar dengan adanya organisasi kurikulum yang lebih baik, metode yang tepat dan menghemat waktu.

Murid-murid akan menghormati guru yang dengan sungguh-sungguh mempersiapkan diri untuk mengajar sesuai dengan harapan-harapan mereka.

Memberikan kesempatan bagi guru-guru untuk memajukan pribadinya dan perkembangan profesionalnya.

Membantu guru memiliki perasaan percaya pada diri sendiri dan menjamin atas diri sendiri.

Membantu guru memelihara kegairahan mengajar dan senantiasa memberikan bahan-bahan yang up to date kepada murid

Adapun tujuan pengelolaan kelas menurut Ahmad Fauzi (2013:246) adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.

Sedangkan menurut Pupuh Fathurrahman & M. Sobry Sutikno (2011:104) secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah untuk meningkatkan mutu pembelajaran akan tercapai jika tercapainya tujuan pembelajaran (Jurnal Kependidikan : 2018). 

Pengelolaan kelas oleh guru tidak hanya terbatas pada ketercapaian pengetahuan dan wawasan akademik serta non akademik siswa saja, tetapi juga keberhasilan dalam pembentukan sikap dan kepribadian yang baik bagi seorang siswa, terutama dalam hal penumbuhan rasa percaya diri siswa.

Dalam menumbuhkan rasa percaya diri siswa tentu membutuhkan suatu manajemen pengelolaan kelas oleh guru. Dalam proses pembelajaran, pengelolaan kelas merupakan bagian terpenting yang dapat menentukan keberhasilan proses pembelajaran.

Hal ini sesuai dengan tujuan pengelolaan kelas itu sendiri yaitu menciptakan kondisi kelas yang kondusif agar kegiatan belajar mengajar berlangsung sesuai tujuan.

Pengelolaan kelas harus dilaksanakan secara efektif dan efisien supaya dapat memberikan pengaruh positif pada perilaku siswa terutama pada tingkat rasa percaya diri siswa (Yantoro, 2020).

Rasa percaya diri dapat dibentuk dan ditanamkan sedini mungkin ketika siswa berada pada usia-usia emas yaitu pada tingkat sekolah ddasar

Untuk dapat memantik keberanian siswa dalam berpendapat atau menyampaikan ide serta gagasannya, maka guru harus menerapkan manajemen pengelolaan kelas yang interaktif sesuai dengan kreativitas dan inovasi masing-masing guru.

Kreativitas guru dalam mengelola pembelajaran, memiliki pengaruh langsung terhadap keberhasilan belajar siswa baik sikap maupun pengetahuan (Kurniawan & Hasanah, 2021), termasuk dalam upaya menumbuhkan rasa percaya diri siswa siswa (Jurnal Kepemimpinan dan Kepengurusan Sekolah : 2021).

Menurut Arief Ardiansyah (2018:95) terdapat empat hal yang menjadi unsur penting dalam mengelola kelas khususnya bagi guru yang mengajar di sekolah madrasah

Pertama, Bawa Mereka Masuk, hal ini berkaitan dengan bagaimana cara guru melakukan aktivitas sebelum memulai pelajaran. Dimulai dengan kegiatan menyapa siswa, kemudian mengatur tempat duduk, sampai dengan memulai pelajaran.

Kedua, Bawa mereka keluar, aktivitas ini menjelakan bagaimana cara efektif yang dapat dilakukan guru untuk mengakhiri pelajaran, kemudian memburkan kelas.

Ketiga, Berjalan bersaman, hal ini berkaitan dengan bagaimana guru dapat memilih dan memilah materi pelajaran yang sesuai dengan level kemampuan dan kebutuhan siswa, serta cara guru untuk menyampaikan meteri pelajaran dan strategi apa yang dapat dilakukan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan.

Keempat, Rasa Hormat, hal ini berkaitan dengan bagaimana cara guru untuk memberikan rasa hormat kepada siswa. Hal ini dimulai dengan pekerjaan sederhana, semisal menghafal nama-nama siswa. 

Tekadang, dalam manajemen kelas akan ditemui berbagai faktor penghambat. Adapun yang menjadi faktor penghambat dalam manajemen kelas antara lain bisa datang dari guru sendiri, peserta didik, lingkungan keluarga ataupun karena faktor fasilitas.

Dan dari uraian di atas tampaklah bahwa kewenangan penanganan masalah pengelolaan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu: 

Masalah yang ada dalam wewenang guru.

Masalah yang ada dalam wewenang sekolah sebagai lembaga pendidikan.

Masalah yang ada di luar wewenang guru bidang studi dan sekolah.Selain masalah diatas ada juga beberapa faktor yang menjadi penghambat dalam manajemen kelas antara lain sebagai berikut:

Faktor guru, faktor penghambat yang datang dari sini berupa hal-hal, seperti: tipe kepemimpinan guru yang otoriter, format belajar mengajar yang tidak bervariasi (monoton), kepribadian guru yang tidak baik, pengetahuan guru yang kurang, serta pemahaman guru tentang peserta didik yang kurang. 

Faktor peserta didik. Kekurang sadaran peserta didik dalam memenuhi tugas dan haknya sebagai anggota kelas atau suatu sekolah akan menjadi masalah dalam pengelolaan kelas.

Faktor keluarga. Tingkah laku peserta didik di dalam kelas merupakan pencerminan keadaan keluarganya. Sikap otoriter orang tua akan tercermin dari tingkah laku peserta didik yang agresif atau apatis.

Di dalam kelas sering ditemukan ada peserta didik pengganggu dan pembuat ribut, mereka itu biasanya dari keluarga yang broken-home.

Faktor fasilitas. Faktor ini meliputi: jumlah peserta didik dalam kelas yang terlalu banyak dan tidak seimbang dengan ukuran kelas, besar dan kecilnya ruangan tidak disesuaikan dengan jumlah peserta didiknya, ketersediaan alat yang tidak sesuai dengan jumlah peserta didik yang membutuhkannya

Jadi, kesimpulan dalam artikel ini adalah pengelolaan kelas oleh guru merupakan salah satu faktor eksternal penentu hasil belajar siswa.

Oleh karena itu pengelolaan kelas dengan hasil belajar siswa memiliki keterkaitan yang erat dan merupakan hal yang tak dapat disangkal, dan dapat dikatakan bahwa semakin terampil guru dalam mengelola kelas, maka hasil belajar para siswanya akan semakin baik. 

Demikian sebaliknya jika pengelolaan kelas yang dilakukan guru kurang baik, maka hasil belajar para siswanya akan tidak baik pula. Dengan demikian dapat dinyatakan jika pengelolaan kelas merupakan salah satu variabel penentu terhadap hasil belajar siswa.***

Penulis :

 Ismia Nanda Nafi'ah (Mahasiswi Pendidikan Bahasa Arab Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Madani Yogyakarta.)