Filosofi Memancing dalam Kehidupan

Filosofi memancing dalam kehidupan - Kolom Matra Pendidikan Minggu pagi ini mengetengahkan topik filosofi memancing dalam kehidupan. Artikel ini dilatarbelakangi oleh momentum lomba mancing di Talago Anguih, Taluk Lintau Buo Kab. Tanah Datar.

Memancing merupakan salah satu cara untuk menangkap hewan air. Dan, ikan adalah hewan air yang biasa dipancing. Menggunakan alat pancing, seperti : tongkat pancing (joran), benang dan mata kail.
  
Untuk dapat menangkap hewan air tersebut diperlukan umpan berupa makanan kesukaan ikan dan dipasang pada mata kail.

Ternyata umpan adalah bagian penting agar bisa menangkap ikan. Meskipun ikan tidak punya pikiran namun tidak akan mau memakan mata kail seorang pemancing.

Memancing memerlukan usaha dan kesabaran serta teknik tertentu. Mata kail yang sudah dipasang umpan dilempar ke tengah dengan mengayun joran. Kemudian dinanti dengan sabar sampai ikan makan umpan dan kecantol pada mata kail.

Tidak cukup sampai disitu. Untuk mendapatkan ikan juga diperlukan pengetahuan dan keahlian menangkap ikan. 

Namun usaha itu tidak selalu berhasil. Kadang-kadang umpan habis, ikan tidak terbawa. Umpan habis oleh air!

Begitu pula halnya dengan kehidupan sehari-hari dalam berusaha mengais rezeki. Apapun usaha yang digeluti, mestilah memerlukan alat dan fasilitas serta modal berusaha.

Yang tak kalah penting adalah modal ilmu dan pengetahuan tentang usaha yang digeluti. Ujung-ujungnya adalah kesabaran dalam menjalankan usaha tersebut.

Ya, kadang-kadang apa yang diusahakan belum membawa hasil yang memuaskan. Padahal sudah banyak berkorban modal, waktu, tenaga dan pikiran.
Lihat juga : Lomba Mancing Wisata Talago Anguih Telah Dimulai
Tetapi itulah hidup. Hidup itu ibarat memancing. Perlu usaha yang dilengkapi dengan alat, fasilitas dan modal dan pengetahuan tentang usaha yang digeluti serta kesabaran menunggu rezeki***