Inilah Filosofi Tungku Dapur Kotor

Inilah filosofi tungku kaki tiga – Dapur kotor merupakan tempat memasak yang menggunakan kayu sebagai bahan bakar untuk menghasilkan api. Hasil pembakaran kayu berupa abu yang bersifat kotor. Itu sebab nya disebut sebagai dapur kotor.

Bagi yang memasak pada dapur kotor biasanya menggunakan tungku kaki tiga. Ketiga kaki tungku dibuat dengan batu kali atau bata yang disusun agak tinggi. Kemudian di atas ketiga tungku kaki tiga diletakkan kuali, wajan, periuk dalam kondisi stabil. Apa yang dimasak tidak akan tumpah ke bawah.

Perapian memasak dengan tungku kaki tiga berasal dari kayu bakar yang disilangkan pada ujung-ujung kayu bakar dalam tungku sehingga api menyala dengan baik. Jika ujung kayu bakar tidak disilangkan maka api akan susah menyala. Bahkan lebih banyak asap yang timbul ketimbang api untuk memanaskan masakan.
Baca juga : Memasak, Beralih Menggunakan Tungku Kaki Tiga?
Jika memasak air minum, anda tinggal menunggu sampai air mendidih pada suhu sampai 100 derajat Celcius. Perapian yang sempurna akan mempercepat proses pendidihan air.

Akan tetapi bila membuat gulai atau rendang, anda perlu mengaduk-aduk masakan tersebut agar merata. Merata bumbu maupun masaknya. Dalam istilah Minangkabau, bacakak sendok dengan kuali makanya masakan jadi enak.

Berdasarkan uraian tentang tungku dapur kotor di atas, di MinangKabau ada 3 filosofi yang dianut dalam pergaulan sosial masyarakat, yaitu:

1.Tungku tigo sajarangan

Di Minangkabau, tungku kaki tiga dikenal dengan istilah tungku tigo sajarangan. Sistem kepemimpinan dalam masyarakat menganut sistem tungku tigo sajarangan. Ketiga tungku sajarangan dalam kepemimpinan masyarakat di Minangkabau adalah ninik mamak, alim ulama dan cadiak pandai.

Ketiga pimpinan ini memiliki peran dan fungsi masing-masing dalam sebuah masyarakat. Berfungsinya ketiga unsur pimpinan tersebut membuat masyarakat Minangkabau merasa terayomi dan terarahkan.

2.Basilang kayu di tungku

Masakan akan masak dengan perapian sempurna dengan cara menyilangkan beberapa ujung-ujung kayu di dalam tungku. Dalam istilah Minangkabau, basilang kayu dalam tungku makonyo nasi jadi masak.

Masalah dalam masyarakat Minangkabau diselesaikan dengan duduk bersama untuk bermusyawarah dalam mencari mufakat. Tidak ada masalah yang tidak dapat terselesaikan dengan cara duduk bersama secara musyawarah dan mufakat.

3.Bacakak sendok jo kuali

Mengaduk-aduk masakan dengan sendok atau sanduak sehingga menghasilkan bunyi yang berasal dari pertemuan antara sendok dengan dasar kuali atau wajan memasak masakan. Istilahnya, bacakak sendok jo kuali makonyo samba jadi masak. Artinya, sambal akan enak bila diaduk-aduk sampai merata dengan sendok.
Permasalahan yang terjadi memang tidak mengenakkan telinga dan hati. Namun permasalahan dalam masyarakat dapat diselesaikan dengan baik sehingga menghasilkan keputusan yang memuaskan.***