Belajar pada Instruktur Gembala Ternak Kambing

Belajar pada 'instruktur' gembala ternak kambing – Memelihara hewan ternak sering mendatangkan kesenangan tersendiri bagi seseorang. Tentu saja tidak hanya sekadar memenuhi kesenangan, memelihara hewan ternak juga akan bernilai ekonomi dalam bentuk investasi jangka panjang.

Memelihara hewan ternak dengan beternak, merupakan dua konsep yang berbeda maknanya.

Memelihara hewan ternak secara kuantitas terbatas jumlahnya. Fungsinya sebagai selingan atau menyalurkan hobi.

Ternak yang dipelihara boleh saja diperoleh dengan cara membelinya, join venture bahkan bisa juga diperoleh dari sumber lain seperti hadiah.

Contohnya, Muhammad Fadhlan Hakim yang memiliki dua ekor kambing yang diperoleh dari hadiah menjadi juara Tilawah atau MTQ.

Ia belajar memelihara kambing dengan mengembalakannya sendiri di sekitar rumah.

Namun demikian orangtua perlu turun tangan menjadi ‘instruktur’ membimbingnya belajar bagaimana mengembalakan kambing supaya cepat kenyang.

Kalau kambing-kambing itu digembalakan sampai kenyang, tiap hari maka kambing akan gemuk dan kalau dijual akan mahal harganya.

Latih kemandirian hidup

Bagi anak yang masih duduk di bangku pendidikan, memelihara hewan ternak semisal kambing, sesungguhnya menjadi salah satu media pembelajaran objektif dan terpakai.

Kenapa tidak?

Anak dapat belajar menyalurkan hobinya, sekaligus belajar mencari uang dalam bentuk investasi jangka panjang dan tentunya juga melatih sang anak untuk hidup mandiri.

Kenapa perlu dilatih mandiri?

Zaman sekarang tidaklah mudah mendapatkan pekerjaan.

Jangankan tamatan SMP dan SLTA, lulusan perguruan tinggi sekalipun tidak menjamin mereka untuk mendapatkan pekerjaan dengan mudah dan sesuai dengan ilmu dan pengetahuan yang diperolehnya.

Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa belajar memelihara kambing dan hewan ternak lainnya merupakan media untuk melatih kemandirian anak.

Karakter mandiri yang sudah ditanamkan sejak dini secara nyata kepada anak, akan bermanfaat kelak dikemudian hari seandainya mereka tidak mendapatkan pekerjaan sesuai dengan ijazah dan keahliannya.***