Ayah, Ibu, Jangan Jadikan Aku Korban Egismu

Ayah, ibu, jangan jadikan aku korban egoismu - Kupandangi kehidupanku sepintas. Terasa agak lebih sempurna dibandingkan dengan kehidupan adik sepupuku. Bukan dari segi materi atau ekonomi. Tetapi pola kehidupan dan cara orangtua mendidik anak-anaknya.

Artikel ini bukan sebuah kisah fiktif belaka. Kisah inspiratif yang dipetik dari kehidupan nyata. Panggil saja adik sepupuku, Aya (nama samaran). Sejak kecil Aya sering dimanjakan oleh orangtuanya. Padahal kehidupannya sangat sederhana namun ia bagaikan seorang putri raja yang setiap keinginannya akan terwujud.

Aya hanya tau uang, uang…dan uang, tanpa memikirkan berapa sulitnya mendapatkan uang itu oleh kedua orangtuanya. Akhlaknya kadang-kadang kurang terpuji akibat perlakuan orangtua yang selalu memanjakan.

Panas disangka sampai sore kiranya hujan di tengah hari. Kehidupan yang terasa indah disangka bakal berlanjut. Namun sampai suatu hari, sebuah pertengkaran hebat terjadi antara kedua orang tuanya. Pertengkaran itu berujung pada perpisahan.

Hidup yang semula bagaikan seorang putri raja, kini berubah drastis. Mengharuskan Aya harus berusaha mandiri.

Tapi dasar pendidikan manja dari kedua orang tuanya, tidak merubah kepribadian Aya. Bahkan ia,tumbuh menjadi seorang gadis yang suka kelayapan.

Pernah ia diajari oleh ibuku, "Nak,berpandai-pandailah dalam hidup ini. Jadi anak perempuan itu harus bisa bekerja, paling tidak bekerja membersihkan rumah…”

Suatu nasehat bagus dari ibuku kepada keponakannya, Aya. Tapi penyampaian Aya kepada bapaknya (pamanku) bertolak belakang dengan yang disampaikan oleh ibuku. Bahkan ibu dan pamanku perang dingin  (tidak bertegur sapa) gara-gara nasehat dan cara penyampaian Aya kepada bapaknya.

Aya, saudara sepupuku, kini menjadi korban atas masalah kedua orang tuanya. Menjadi anak pembangkang, gadis yang hendaknya mampu berfikir dewasa, kini hanya berfikir seperti anak kecil....

“Ayah, ibu, jangan jadikan aku korban atas masalah kalian. Masalah tentang egois, mengantarkanku menjadi pribadi yang pembangkang. Masalah tentang sikap mendidikmu, mengantarkanku menjadi pribadi yang manja. Ayah, ibu, jangan jadikan aku korban atas kesalahan kalian, kesalahan yang tidak peduli akan aku, mengantarkanku ke lembah hitam.

Ayah, ibu, kini duniaku terasa hampa, gelap gulita setelah drama rumah tangga kita kandas. Lantas siapa yang bertanggungjawab atas kehidupanku, ayah, ibu ?” (Andini Meysi Ullanda)