Dua Langkah Penting Tingkatkan Kecerdasan Anak

Dua langkah penting tingkatkan kecerdasan anak – Memiliki anak cerdas menjadi salah satu sumber kebanggaan orangtua. Wajar kalau setiap orangtua mendambakan anaknya menjadi anak cerdas. Oleh sebab itu berbagai cara dilakukan untuk mewujudkan keinginan tersebut. Namun kadangkala realita yang ada berseberangan dengan harapan dan dambaan orangtua.

Berkaitan dengan ini, ada hal penting diingat bahwa membuat anak menjadi anak cerdas bukanlah upaya jangka pendek. Meningkatkan kecerdasan otak anak harus dimulai sejak dini di lingkungan keluarga. 

Perhatian orangtua terhadap kecerdasan anak sudah dimulai ketika anak masih dalam kandungan.

Pasokan nutrisi penting pada usia emas

Upaya tersebut tidak berhenti sampai anak lahir. Upaya pada tahap selanjutnya adalah perhatian perkembangan kecerdasan anak pada usia emas sekitar 0 – 5 tahun. Pada usia 0 – 2 tahun, anak perlu perhatian dengan memberi asupan nutrisi terbaik. 

Nutrisi yang paling baik adalah air susu ibu (ASI). Mengapa? ASI mengandung asam lemak esensial (DHA) yang berfungsi untuk meningkatkan kinerja otak.

Asam lemak esensial masih berperan dalam perkembangan otak anak pada usia berikutnya. Usai masa menyusui, asupan nutrisi berupa DHA dapat diberikan melalui makanan yang mengandung lemak dan protein, vitamin dan mineral. 

Bahan makanan yang banyak mengandung asam lemak esensial antara lain ikan, telur, daging, dll. Buah dan sayur banyak mengandung vitamin dan mineral yang memacu pertumbuhan otak anak.

Stimulasi terhadap kecerdasan

Selain memberikan asupan nutrisi penting, meningkatkan kecerdasan anak juga dapat dilakukan orang tua pada anak usia emas dengan stimulan tertentu. Hubungan sosial orang tua dengan anak cukup penting dalam meningkatkan kecerdasan anak. 

Dalam hal ini adalah perhatian terhadap anak. Namun perhatian dalam hal ini bukanlah perhatian yang berlebihan sehingga anak tidak mandiri.

Perhatian dalam bentuk positif antara lain kasih sayang, memberikan jaminan perlindungan terhadap anak dari tekanan mental (stres) dan trauma. Memberikan kesempatan bergaul pada anak dengan teman sebaya dalam lingkungan kondusif. 

Begitu pula memberi kesempatan belajar yang tidak membebani anak dengan kegiatan yang belum pantas pada usianya. Belajar dalam bentuk permainan dan menyenangkan bagi anak.***