Antara Kebutuhan dan Kewajiban Belajar

Antara kebutuhan dan kewajiban belajar - Tidak ada salahnya sekali-sekali kalau setiap siswa bertanya pada diri sendiri. Apakah belajar itu sebagai kebutuhan atau kewajiban? Pertanyaan ini akan membangkitkan motivasi belajar siswa. Jika kewajiban dianggap kebutuhan niscaya kemauan dan keinginan belajar siswa menjadi tinggi.

Jawaban yang diharapkan semestinya memang belajar sebagai kebutuhan! Kalau kita membutuhkan sesuatu, tentu akan berusaha sekuat tenaga agar yang dibutuhkan itu dapat dipenuhi. Sebagai contoh, seseorang butuh makan.

Dengan sadar pasti diusahakan bagaimana nasi dan lauk-pauknya tersedia di meja makan. Kalau belum tersedia, harus dibeli ke warung nasi atau dimasak terlebih dulu. Begitulah orang untuk memenuhi kebutuhan akan makan.

Mungkin tidak bisa disamakan antara kebutuhan makan dengan kebutuhan belajar. Kenyataannya, orang tidak akan mati karena tidak belajar. Justru orang akan mati jika tidak makan. Namun prinsip pemenuhan antara kebutuhan makan dan belajar hampir sama.


Siswa yang butuh belajar akan berusaha agar materi pelajaran dimiliki. Materi pelajaran akan dimiliki dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 

Materi belajar dapat diperoleh melalui guru, buku, majalah, surat kabar, internet, bahkan alam yang terkembang ini bisa dijadikan tempat belajar.

Bila belajar dianggap kewajiban, orang bisa saja berprinsip asal lepas kewajiban. Memenuhi aturan pemerintah tentang wajib belajar. Atau bisa juga berangkat dari rumah untuk belajar di sekolah. 

Karena merasa belajar sebagai kewajiban, siswa bisa saja tidak sampai ke tujuan. Bolos belajar.

Kalau sudah seperti itu, sesuai pepatah; minyak habis sambal tak enak. Buang modal alias menghabiskan biaya sekolah dari orang tua. Mendingan berhenti saja sekolah dan uangnya digunakan untuk modal berusaha.

Benar kata orang pintar. Penyesalan selalu datangnya di belakang hari. Jika menyesal itu datangnya lebih dulu niscaya siswa tidak ada yang malas atau merasa terpaksa belajar. Belajar pasti butuh biaya. 

Biaya transportasi, jajan, iuran, sumbangan dan segala macamnya. Belum termasuk beli pakaian dan alat-alat kebutuhan belajar.

Begitu banyak biaya yang dikeluarkan oleh orang tua agar anaknya dapat belajar di sekolah. Pastinya, orang tua tidak akan meminta ganti uang yang telah dikeluarkan untuk anaknya. 

Namun yang diharapkan orang tua adalah hasil belajar yang memuaskan. Memperoleh nilai yang bagus untuk mengobati jerih payah mereka dalam mencari uang.

Tidak ada jalan lain, jika belajar dianggap sebagai kebutuhan, maka siswa harus giat dan tekun belajar.  

Hasil belajar  akan memuaskan dan dipersembahkan kepada kedua orang tua di rumah. Pengganti jerih payah orang tua yang sudah bersusah payah menyekolahkan anaknya.***