Membedakan Antara Fakta dan Opini

Membedakan antara fakta dan opini – Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita temukan informasi yang kadang-kadang sulit dibedakan antara fakta dan opini.

Kesanggupan seseorang untuk menerima dan mencerna informasi  seperti ini sudah pasti berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh pengetahuan, wawasan, dan penalaran yang berbeda pula.


Fakta merupakan peristiwa atau kejadian yang dapat dibuktikan kebenarannya melalui logika manusia.

Dalam konsep ilmu pengetahuan, biasanya fakta itu dinyatakan dengan angka dan kronologi peristiwa. 

Misalnya apa, dimana, kapan, kenapa dan bagaimana. Jawaban dari semua pertanyaan ini akan memperkuat sebuah fakta.

Opini merupakan pandangan seseorang terhadap suatu masalah yang terjadi. Ini lebih banyak melibatkan perkiraan atau dugaan meskipun dilandasi oleh data-data dan fakta yang terjadi.

Opini bisa jadi tidak bisa diterima melalui penalaran.

Perhatikan dua ilustrasi berikut ini:

A.   Seorang anak berumur 7 tahun berhasil menyeberangi sungai X yang lebar dan berarus deras. Namun ia sempat terseret beberapa puluh kilometer kearah muara sungai.

Anak kecil ini berhasil sampai ke seberang setelah menggunakan sebuah batang pisang. Ia tengkurang di atas batang pisang sementara tangan kanannya mengayuh batang pisang.

B.   Seekor kambing yang nyasar ke daerah bukit pebatuan mampu bertahan hidup beberapa hari. Padahal tidak satu helai rumput pun yang ada di tempat itu.

Diperkirakan kambing tersebut mengunyah batu sekadar menyalurkan rasa laparnya.

Nah, pernyataan A digolongkan pada fakta. Tindakan anak kecil tersebut dapat diterima akal sehat.

Tindakan anak kecil agar dapat menyeberangi sungai yang lebar dan deras menggunakan batang pisang tergolong sebuah kreativitas yang masuk akal.

Namun pernyataan B tidak bisa diterima logika. Batu itu benda keras. Untuk bisa mengunyah batu, gigi kambing harus lebih kuat dari batu.

Ini  tidak logis! Artinya, pernyataan tersebut jelas tidak dapat kita percayai. Mengada adakan yang tidak ada.

Sebenarnya, antara fakta dan opini menyangkut antara kebohongan dan kebenaran.

Pernyataan yang dilontarkan oleh seseorang dapat diterima atau tidak setelah melalui proses bernalar. 

Dengan demikian, kita tidak terlalu mudah menerima ucapan atau informasi yang dilontarkan oleh seseorang melalui media massa sebelum menganalisa kebenarannya.

Bukan mustahil yang disampaikan itu omong kosong belaka atau mengada-adakan yang tidak ada.

Sebaliknya, apa yang mereka sampaikan adalah ucapan dan informasi yang bermakna bagi kemaslahatan orang banyak. 

Bisa diterima akal sehat dan bisa pula dilaksanakan oleh semua orang.

Disinilah pentingnya pencerdasan dan nalar seseorang dalam menanggapi berbagai isu dan informasi yang berkembang di tengah masyarakat. 

Masyarakat tidak mudah terprovokasi dan terhasut oleh pihak-pihak yang ingin merusak ketentraman suatu komunitas masyarakat yang beraneka ragam suku, budaya dan agama.***