Terjebak Harimau Siluman (Bagian Keenam)

Terjebak Harimau Siluman (Bagian Keenam) - Suasana desa Kembang Setangkai menjadi tidak aman sejak beberapa hari terakhir. Kembalinya Suryadi setelah raib beberapa hari diduga pemicu kasus pencurian harta benda warga desa. Seolah-olah Suryadi menjadi biang keladinya. Ia menjadi harimau siluman dan bisa mencuri harta benda penduduk desa!

Ilustrasi gambar (pixabay.comm)

Orang desa berjaga-jaga dan waspada. Ronda malam diwajibkan kepada setiap pemuda. Takut harta benda dan ternak menjadi korban pencurian berikutnya.

Hari itu malam ketiga warga ronda malam. Di sebuah posko ronda terlihat tiga laki-laki ronda malam.

"Saya tidak percaya kalau biang keladi pencurian di beberapa rumah akhir-akhir ini perbuatan pak Suryadi," celoteh Somad. Meragukan isu yang berkembang di tengah penduduk.

Somad terus mengunyah jagung bakar pemberian warga desa. Setiap malam warga desa menyumbang makanan dan minuman untuk petugas ronda malam.

"Sebenarnya saya juga tidak percaya. Tapi bukan mustahil siluman suruhan pak guru itu yang melakukannya," tukas Sabirin.

"Apa benar pak Suryadi itu bisa berubah jadi siluman?" tanya Mutai menyela.

"Kabarnya memang begitu ..." sahut Sabirin.

"Berarti masih kabar-kabur," tukuk Mutai.

"Ini tidak kabar kabur...." Sabirin memandang tajam pada Mutai.

"Buktinya?" Mutai mendelik.

Sabirin menjadi ragu. Tapi apa yang disampaikan anaknya beberapa waktu lalu bisa dipercaya.

"Anakku Juned sempat menguping percakapan Suryadi dengan kepala sekolah dibalik jendela ruang kepala sekolah..." ujar Sabirin.

Baca juga :

Terjebak Harimau Siluman Bagian Kelima

Semua yang mendengar terdiam. Apa yang akan diceritakan Sabirin nampaknya serius.

"Pak guru itu memang berubah menjadi harimau siluman," cetus Sabirin.

"Tapi belum tentu ia yang mencuri dan membuat kacau desa kita," Somad kembali berbicara.

"Aku sependapat dengan Somad. Buat apa ilmu siluman harimau dia pakai. Pak Suryadi itu guru dan gajinya sudah besar...." ujar Mutai.

"Kita lihat saja nanti kebenarannya..." balas Sabirin.

Ketiga peronda itu sontak terdiam. Mereka melihat bayangan berkelebat tak jauh dari pos ronda. Seekor hewan terdengar melenguh. Menambah kuat kerigaan peronda telah terjadi lagi pencurian sapi.

Tak ayal lagi peronda itu mengatur strategi. Mengepung lokasi dari berbagai sisi.

"Hoiii! Siapa kamu!!!" Terik Sabirin.

Tak terdengar sahutan. Namun Sabirin melihat bayangan hitam berkelebat lari. Sapi yang hendak dicuri ditinggal pencurinya.

Di posisi lain, dua orang peronda tengah mengintai seseorang yang hendak melarikan diri. 

"Mau lari kemana kamu heh...!" hardik Somad yang sudah mengunci tubuh pencuri.

"Apa kamu siluman...?" tanya Mutai.

Blak...! Blak...!!! Dua bogem mentah Mutai mendarat di dada orang yang sudah tertangkap.

"Ampuuun...." Terdengar suara erangan kesakitan.

Setelah menunggu beberapa menit ternyata orang yang ditangkap tidak berubah wujud. Somad membawa orang itu ke pos ronda. 

Kepala yang dililitkan untuk menutup muka dibuka oleh Somad.

"Astaghfirullah.... Kamu Parlan?" Somad berseru kaget. Ia tak menyangka kalau pencuri sapi yang tertangkap itu merupakan anggota keluarga di pihak ayahnya.

Simak juga :

Terjebak Harimau Siluman Bagian Keempat

"Aku menaruh dendam pada pak Guru itu...."

"Apa salah guru itu?" tanya Somad menyelidik.

"Marwati yang saya cintai ternyata telah dijodohkan oleh paman Sariaman dengan pak guru itu..."

"Apa Parwati cinta padamu?"

"Tidak..."

"Lalu apa maksudmu mencuri ternak sapi warga desa ini?"

"Aku bermaksud agar warga desa menuduh guru harimau siluman itu yang mencuri di desa ini!" ujar Parlan meringis memegang dada yang mendapat tinju dari Mutai.

"Aku dengar kamu juga menuntut ilmu siluman harimau. Kemana ilmu hitam, kenapa kamu tidak berubah?" selidik Somad lebih dalam.

"Aku dikalahkan oleh salah seorang murid dari paman Suriaman...!"

"Begini saja, kamu harus mempertanggungjawabkan perbuatannya ini..." ujar Somad.

"Baik kak. Saya akan bertanggungjawab...."

"Satu lagi, kamu harus bersihkan nama pak Suryadi, guru SMP itu. Sebab orang di desa ini telah menuduhnya yang mencuri di desa ini...."

Parlan terdiam.

"Buang rasa dendam kamu. Kalau tidak kamu sendiri yang akan dihabisi oleh sifat dendam itu,"

Malam itu juga peronda membawa Parlan ke rumah pak desa kemudian ke kantor polisi di kecamatan.***

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel