Ijab Qabul di Hadapan Penghulu
Ijab qabul di hadapan penghulu - Perkawinan merupakan suatu momen yang sangat sakral dalam kehidupan muslim. Hal ini ditandai dengan ucapan "ijab dan qabul" di depan penghulu. Dulu, pak Sarmidi sangat sering mendengar kalimat itu dan kalimat sejenisnya. Bahkan, ucapan ijab dan qobul ketika ia menikahi Mainis, mantan istrinya, masih ia ingat sampai sekarang meski usianya sudah hampir mendekati kepala enam.
Berbeda dengan masa lalu pak Sarmidi, kini ia pun telah menikahkan putrinya untuk pertama kali. Dulu ia dinikahkan dengan seorang pujaan hati, Mainis yang kini telah menjadi ibu dari lima orang putra dan putrinya. Dua hari lalu pak Sarmidi bertindak sebagai wali nikah putrinya, Nadya....
Sore itu, pak Sarmidi terlihat duduk termenung sendirian. Ya, dua hari lalu salah seorang putrinya telah melangsungkan pernikahan. Ada rasa lega di hati pria paruh baya yang tengah menduda itu. Mulai dari awal prosesi pernikahan berjalan lancar.
Puncaknya adalah ijab dan qabul. Pak Sarmidi selaku wali nikah sekaligus orangtua mempelai wanita mengucapkan ijab dan diterima qabulnya oleh calon suami putrinya, Safiq. Prosesi itu berjalan lancar.
Ijab qabul dilangsungkan di sebuah masjid di nagari tempat tinggalnya. Bagi pak Sarmidi, lafazh ijab bukanlah hal sepele. Meskipun ia seorang guru namun tidak yakin ia bisa lancar mengucapkan lafaz hijab. Lafazh itu sakral!
Pantas pak Sarmidi banyak bertanya kepada orang yang lebih tahu tentang ijab qabul dalam pernikahan. Kemudian saat skrening di KUA pak Sarmidi sudah mendapat wejangan.
Yang dipahami pak Sarmidi adalah jangan ada sifat takabur tentang ucapan ijab. Lafazhkanlah dengan ikhlas dan tawakal. Bahkan salah seorang rekan kerjanya di sekolah telah mengingatkan sebelumnya agar berwudhuk sebelum mengucapkan ijab di hadapan penghulu.
Kalau perlu sholat sunat terlebih dulu dan berdoa agar dilancarkan ucapannya. Begitu pesan kawan-kawan terdekat pak Sarmidi. Alhamdulillah, semuanya jadi lancar!
Dan, usai ijab qabul dilangsungkan pula resepsi pernikahan di rumah anaknya pak Sarmidi hari itu juga.
Resepsi pernikahan berlangsung ala kadarnya. Tidak dilengkapi dengan organ tunggal melainkan sound sistem yang dipinjam di kantor kerja pak Sarmidi.
Undangan resepsi pernikahan sangat terbatas. Tidak semua rekan dan kenalan pak Sarmidi yang diundang. Begitu pula di pihak mantan istrinya, ibunya anak-anak Sarmidi.
Pak Sarmidi menghela napas dalam. Tiba-tiba hatinya jadi galau. Putri kedua dari 5 bersaudara itu akan berangkat jauh diboyong suaminya, ke Jepang!
Besok, putri dan menantu pak Sarmidi itu akan berangkat ke negeri sakura itu. Ia pun tidak dapat mengantar sekaligus melepas anak dan menantunya di Bandara Internasional Minangkabau (BIM).
Safiq, menantu pak Sarmidi bekerja di salah satu perusahaan besar di Provinsi Shizuoka, bagian Selatan Jepang.
Sementara putrinya, Nadya akan mengikuti program magister di daerah yang sama dengan suaminya.
Pak Sarmidi harus ikhlas melepas anak dan menantunya berangkat ke Jepang. Hanya doa yang bisa disampaikan buat anak perempuannya.
"Pandai-pandailah anak dan menantuku di rantau orang, jaga diri kalian baik-baik. Berpikirlah ke depan untuk maju bersama keluarga kalian, semoga terbentuk keluarga samawa,"
Begitu pesan terakhir pak Sarmidi saat resepsi pernikahan di rumah mempelai pria di Payakumbuh.***