Perjalanan Panjang ( Bagian Keempat )
November 17, 2018
Perjalanan panjang (bagian keempat) - Rusdi tidak kaget
ketika tukang tambal memberitahukan benen motornya telah diganti dengan yang
baru. Benen ban motornya rusak parah karena robek sehingga tidak dapat ditambal.
Oleh sebab Itu ia harus mengeluarkan uang untuk beli benen baru dan upah
pasang. Ia pun tak membantah dan segera membayar semua biaya yang ditimbulkan
oleh kendaraannya.
Ilustrasi gambar (pixabay.com)
Ban
kendaraan bermotor tidak boleh kekurangan angin ketika dikendarai, apalagi
menempuh jarak jauh. Hal ini akan memperbesar peluang untuk mengalami kempes di
perjalanan. Namun sebelum berangkat dari rumah, Rusdi lupa untuk memeriksa
angin ban kendaraannya.
Selain
itu Rusdi telah mengendarai motornya dalam keadaan ban tanpa angin menuju
tempat tempel benen. Tentu saja akan membuat benen kendaraannya menjadi rusak
parah.
Itu
pula sebabnya tadi Rusdi meninggalkan motornya di tempat tempel benen. Ia
menyerahkan mana baiknya oleh tukang tempel benen. Bisa ditempel saja atau
diganti dengan benen baru kalau memang tidak bisa dipakai lagi.
Kini
Rusdi dan istrinya Salmina sudah berada di atas motor bebeknya. Mulai menyusuri
jalan raya berliku di sepanjang pinggiran danau dengan kecepatan sedang. Kendaraannya
kini terasa nyaman dikendarai. Ia berharap sampai di kampung halamannya tanpa
kendala.
Jalan
Raya Lintas Sumatera memang berliku-liku di sepanjang pinggiran danau Singkarak.
Jika dipotret dari ketinggian, jalan berliku di pinggiran danau menjadi sebuah
pemandangan yang bagus.
Di
sebelah kiri jalan raya terdapat jalur jalan kereta api. Konon rel kereta api
itu tidak pernah lagi dilewati oleh kereta api. Kereta api jurusan Sawah Lunto
- Batu Tebal sudah berhenti beroperasi. Boleh jadi biaya operasi transportasi
ini tidak tertutupi lagi oleh pendapatan dari penumpang kereta wisata ini.
Rusdi
sudah kangen untuk naik kereta api lagi. Sudah lama ia tak lagi menaiki sarana
transportasi unik ini. Dulu, ketika masih duduk di bangku sekolah dasar dan
SMP, Rusdi sering naik kereta api. Mulai dari kereta api berloko uap sampai
loko diesel impor Jerman.
Yang
paling menyenangkan bagi Rusdi ketika itu adalah dapat menumpang kereta api
gratis. Caranya berdiri di gerbong batubara. Berwisata ria dari stasiun Simpang
AA menuju Solok dan terus ke Sawah Lunto. Atau dari stasiun Simpang AA menuju
Batu Tebal.
Kereta
angin atau sepeda dan kereta api tak luput dari kisah masa lalu Rusdi di
kampung halamannya, Sumani. Beda dengan masa kecil dan masa sekolah anak zaman
sekarang.
Anak
zaman milennial atau disebut juga zamannow lebih disibukkan oleh perangkat
gadget pembelian orangtua mereka. Mau belajar pegang android. Mau tidur buka
aplikasi media sosial. Mereka kadang-kadang digelari sebagai generasi menunduk.
Menunduk ke arah gadget meskipun itu saat berbicara dengan orangtua sendiri.
Rusdi
menghela nafas. Hembusan angin danau Singkarak makin terasa sejuk. Rusdi
memperlambat laju kendaraannya. Meminggirkan kendaraannya dan berhenti.
Salmina
yang dari tadi juga diam di boncengan belakang jadi heran. Ada apa gerangan
suaminya menghentikan motornya? (Bersambung…)